Saturday , 23 November 2024
Pada hari Rabu (21/08/13) yang lalu, kita dikejutkan dengan peristiwa meledaknya kabel bawah tanah PLN. Tak kurang dari 6 titik lokasi dibuat porak poranda dalam waktu yang berbeda. Tak hayal, warga dikawasan Mangga Besar Taman Sari Jakarta Barat pun dibuat was-was karena kejadian tersebut. Menurut informasi yang kami dapatkan, kabel bawah tanah tersebut merupakan saluran tegangan medium voltage dengan besar tegangan mencapai 5000 volt. Dengan kapasitas itu, sangatlah wajar jika ledakan yang dihasilkan mampu meluluh lantakkan permukaan tanah yang ada diatasnya.
Meski saat ini belum ada keterangan resmi yang menyebutkan secara pasti apa penyebab terjadinya ledakan, namun korsleting listrik diduga menjadi salah satu penyebab yang paling berpotensi. Dugaan ini diperkuat dengan keterangan dari mantan Meneg BUMN Dahlan Iskan yang menyebutkan bahwa terjadinya ledakan berasal dari kabel lama. Beliau juga menyebutkan jika pekerjaan penggantian kabel atau peremajaan kabel bawah tanah bukanlah pekerjaan yang mudah. Posisi kabel bawah tanah saat ini banyak yang berlokasi di jalan raya, jalan tol hingga flyover. Dan memang terbukti jika area yang menjadi santapan empuk “si petasan listrik” kemarin adalah jalan raya yang berdekatan dengan bangunan komersil. Dari sisi usia, kabel bawah tanah yang meledak ditengarai telah berusia diatas 20 tahun sehingga besar kemungkinan sistem isolasinya telah terdegradasi.
Banyak faktor yang menyebabkan mengapa isolasi kabel dapat terdegradasi. Faktor alam seperti cuaca,panas, kelembaban, keasaman tanah, banjir dll, memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap menurunnya kualitas isolasi. Selain kerusakan isolasi, kabel bawah tanah juga memiliki resiko kerusakan fisik yang lebih besar. Adanya pembangunan gedung, penggalian tanah baru seperti pipa air minum dan sebagainya dapat meningkatkan resiko cacat pada isolasi kabel (terkelupas bahkan putus). Resiko akan makin besar jika dilokasi kabel banyak dihuni oleh binatang pengerat seperti tikus dsb.
Selain faktor eksternal, rusaknya sistem isolasi kabel dapat diakibatkan oleh buruknya kualitas dari listrik yang dialirkannya. Munculnya penyakit listrik modern seperti harmonisa menyebabkan temperatur kabel meningkat. Efeknya, struktur kimia dari isolasi kabel akan mengalami perubahan karakteristik menjadi seperti senyawa karbon. Dengan demikian, pada saat arus listrik mengalir dengan volume yang besar, sebagian dari arus tersebut dapat menembus sistem isolasi. Fenomena ini sering disebut dengan arus bocor. Arus bocor inilah yang sering menyebabkan hubung singkat atau korsleting. Tak seperti saluran kabel di udara yang lebih mudah diamati, kabel bawah tanah memiliki tingkat kesulitan maintenaance yang lebih tinggi.
Dalam ilmu kelistrikan, korsleting listrik dapat memicu terjadinya short current dimana arus akan mengalir dengan jumlah yang sangat besar. Guna mencegah timbulnya ledakan, lazimnya rangkaian listrik telah dilengkapi dengan sistem proteksi. Umumnya perangkat proteksi ini berupa circuit breaker, semacam switch yang akan otomatis akan memutuskan supply listrik ketika terjadi lonjakan arus melebihi kapasitasnya (instalatur listrik menyebut dengan istilah arus pengenal).
Ada fenomena yang menarik dari peryataan pak Dahlan Iskan dimana pada saat terjadinya ledakan, perangkat proteksi pada gardu ternyata masih ON alias tidak mengalami trip. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Inilah hal penting yang harus kita sadari. Penggunaan rangkaian proteksi seperti circuit breaker tak serta merta menjadikan sistem kelistrikan kita 100% aman. Menghadapi konsleting listrik ibarat mengadapi terkaman singa lapar. Meski anda dibekali dengan senapan AK47 sekalipun, bukan berarti anda dapat melumpuhkan si singa dengan mudah. Terlebih jika anda berhadapan dalam jarak dekat. Kecepatan dan ketepatan bidikan peluru akan beradu dengan kecepatan terkaman si raja hutan. Demikian halnya dengan konsleting listrik, kecepatan respon circuit breaker dalam memutus arus akan berhadapan dengan kecepatan pengumpulan energi ledakan. Jika respon breaker bagus, maka rangkaian dapat diputus sebelum titik kontak korsleting meledak. Akan tetapi jika circuit breaker lebih “lelet”, tak hayal ledakanlah yang akan keluar sebagai sang pemenang.
Dilihat dari kaca mata power quality, terdapat beberapa penyebab lambannya respon circuit breaker. Kemunculan harmonisa dalam jaringan listrik menyebabkan perangkat seperti relay dan circuit breaker bekerja secara abnormal. Fenomena ini sering dirasakan oleh teman-teman kita yang bekerja di industri dimana circuit breaker trip berada diluar batas arus pengenalnya. Harmonisa sendiri adalah sinyal penganggu yang diakibatkan oleh penggunaan beban non linier seperti lampu hemat energi , inverter, switching power supply dsb. Faktanya, justru beban jenis inilah yang saat ini sangat mendominasi di kelistrikan kita. Berbeda dengan kondisi 20 tahun lalu dimana pure load seperti lampu pijar,pemanas dan motor konvensional masih banyak ditemui.
Berkaca dari maraknya peristiwa kebakaran yang sering terjadi akhir-akhir ini, ada baiknya jika kita memulai untuk tidak menomor duakan urusan maintenance listrik. Mengapa?, dengan kondisi kualitas listrik yang buruk, semakin besar pula resiko tersebut terjadi pada kita. Dalam kondisi yang sudah demikian, maka pengecekan listrik dalam bentuk prediktif dan preventif maintenance akan menjadi solusi yang tepat. Segera lakukan pemeriksaan secara intensif dan berkala untuk mengetahui kualitas kelistrikan ditempat anda sebelum bahaya menimpa.
Baca Juga : Flexible Power Quality Analyzer
COMSYS, Pawang Power Quality Dari Swedia
2 Comments