Virus baru yang disebut Corona Virus telah membuat gelisah penduduk seluruh dunia. Sebab, selain dapat menyebar dengan sangat cepat, virus itu juga telah menyebabkan kematian pada banyak orang di beberapa negara dunia, terutama di China. Media di China mengatakan, virus corona mungkin berasal dari hewan liar yang dijual di Pasar Makanan Laut Huanan (Huanan Seafood Market) yang terletak di pusat kota Wuhan. Apalagi sejumlah penderita awal yang terjangkit virus Novel 201 Corona virus (2019-nCoV) itu adalah karyawan pasar makanan tersebut. Menurut peneliti, Virus corona merupakan virus yang kerap menginfeksi hewan. Namun, virus itu lambat laun dapat berevolusi dan menyebar ke manusia.
Virus Corona juga disebut mirip dengan SARS, Virus SARS pertama muncul di China pada November 2002. Pada Juli 2003 ditemukan 8.000 kasus virus ini dan 774 orang yang meninggal. Wabah ini telah menyebar ke negara lain di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa dan Asia. Namun, menurut profesor penyakit menular dan kesehatan global di University of Oxford, Peter Horby, virus corona lebih ringan daripada SARS. Virus itu membutuhkan waktu lama untuk berkembang dari gejala awal. Virus corona bisa membuat orang sakit saluran pernapasan bagian atas dengan tingkat ringan hingga sedang, mirip dengan flu biasa. Gejala virus corona lainnya termasuk pilek, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala dan demam. Pengukuran suhu badan perlu dilakukan secara berkala, agar demam yang berkepanjangan dapat segera ditangani oleh pihak medis.
Pemerintah sudah menerapkan hal tersebut, dengan menugaskan petugas kesehatan melakukan pemeriksaan secara acak suhu badan dengan alat ukur suhu kepada penumpang yang baru mendarat di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Kemenkes, kini menetapkan siaga satu terhadap virus corona untuk mencegah penyebaran virus yang berasal dari China tersebut masuk ke Indonesia. Kemenkes menjelaskan pemerintah mengaktifkan 135 alat pemindai suhu tubuh atau thermal scanner di 135 pintu masuk Indonesia baik melalui darat, laut maupun udara.
Pemerintah sudah menyediakan alat deteksi yang efektif untukperlindungan sekunder sehingga penyebaran virus dapat meminimalisir. Dalam melakukan deteksi yang efektif untuk perlindungan sekunder tersebut, stelop infrared fever screening system 2 (IFSS2) memiliki teknologi yang sudah terbukti selama krisis SARS. IFSS2 terbaru dirancang secara ergonomis dikemas dalam banyak otomatisasi untuk pengembangan cepat dan penggunaan instan. Rekaman ditampilkan di layar dengan pemindaian termal otomatis beberapa orang dengan cara yang sama sekali tidak mengganggu. Dengan menggunakan menu layar sentuh, pengguna dapat dengan mudah melakukan pra-konfigurasi untuk peringatan deteksi mulai dari audio atau visual bawaan hingga peringatan dalam bentuk sms. IFSS2 hadir dengan lebih dari 20 tahun penelitian dam pengembangan inframerah untuk efisiensi kinerja alat tersebut.
Dari identifikasi suhu pada alat IFSS2, virus corona dapat di tekan angka penyebarannya dari sebuah negara ke negara lain. Seperti pada virus SARS sebelumnya, dimana IFSS2 telah terbukti memiliki akurasi yang cukup baik dalam menganalisis suhu tubuh manusia. Karena serangan virus corona saat ini telah mencapai beberapa negara di dunia. Negara yang telah membenarkan adanya infeksi coronavirus, meningkatkan pengamanan dan upaya pencegahan masuknya virus. Saat ini, infeksi virus corona semakin menyebar hingga ke 13 negara di dunia. Negara tersebut adalah China, Jepang, Prancis, Australia, Amerika Serikat, Kanada, Nepal, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, Taiwan, dan Vietnam. John Hopkins University (USA) telah mengembangkan peta digital untuk memantau penyebaran virus corona 2019-nCoV di dunia. Peta ini dikembangkan Center for System Science and Engineering (CSSE) yang merupakan peta real time. Dalam peta terebut penyebaran virus sudah semakin meluas, dengan implementasi IFSS2 yang sudah terbukti meminimalisir virus SARS. IFFS2 mempunyai peran penting dalam memperlambat penyebaran virus tersebut, dengan mengimplementasinya setiap bandara Internasional.
Deteksi Virus Corona, Kemenkes Menggunakan Thermal Scanner
Virus baru yang disebut Corona Virus telah membuat gelisah penduduk seluruh dunia. Sebab, selain dapat menyebar dengan sangat cepat, virus itu juga telah menyebabkan kematian pada banyak orang di beberapa negara dunia, terutama di China. Media di China mengatakan, virus corona mungkin berasal dari hewan liar yang dijual di Pasar Makanan Laut Huanan (Huanan Seafood Market) yang terletak di pusat kota Wuhan. Apalagi sejumlah penderita awal yang terjangkit virus Novel 201 Corona virus (2019-nCoV) itu adalah karyawan pasar makanan tersebut. Menurut peneliti, Virus corona merupakan virus yang kerap menginfeksi hewan. Namun, virus itu lambat laun dapat berevolusi dan menyebar ke manusia.
Virus Corona juga disebut mirip dengan SARS, Virus SARS pertama muncul di China pada November 2002. Pada Juli 2003 ditemukan 8.000 kasus virus ini dan 774 orang yang meninggal. Wabah ini telah menyebar ke negara lain di Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa dan Asia. Namun, menurut profesor penyakit menular dan kesehatan global di University of Oxford, Peter Horby, virus corona lebih ringan daripada SARS. Virus itu membutuhkan waktu lama untuk berkembang dari gejala awal. Virus corona bisa membuat orang sakit saluran pernapasan bagian atas dengan tingkat ringan hingga sedang, mirip dengan flu biasa. Gejala virus corona lainnya termasuk pilek, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala dan demam. Pengukuran suhu badan perlu dilakukan secara berkala, agar demam yang berkepanjangan dapat segera ditangani oleh pihak medis.
Pemerintah sudah menerapkan hal tersebut, dengan menugaskan petugas kesehatan melakukan pemeriksaan secara acak suhu badan dengan alat ukur suhu kepada penumpang yang baru mendarat di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Kemenkes, kini menetapkan siaga satu terhadap virus corona untuk mencegah penyebaran virus yang berasal dari China tersebut masuk ke Indonesia. Kemenkes menjelaskan pemerintah mengaktifkan 135 alat pemindai suhu tubuh atau thermal scanner di 135 pintu masuk Indonesia baik melalui darat, laut maupun udara.
Pemerintah sudah menyediakan alat deteksi yang efektif untukperlindungan sekunder sehingga penyebaran virus dapat meminimalisir. Dalam melakukan deteksi yang efektif untuk perlindungan sekunder tersebut, stelop infrared fever screening system 2 (IFSS2) memiliki teknologi yang sudah terbukti selama krisis SARS. IFSS2 terbaru dirancang secara ergonomis dikemas dalam banyak otomatisasi untuk pengembangan cepat dan penggunaan instan. Rekaman ditampilkan di layar dengan pemindaian termal otomatis beberapa orang dengan cara yang sama sekali tidak mengganggu. Dengan menggunakan menu layar sentuh, pengguna dapat dengan mudah melakukan pra-konfigurasi untuk peringatan deteksi mulai dari audio atau visual bawaan hingga peringatan dalam bentuk sms. IFSS2 hadir dengan lebih dari 20 tahun penelitian dam pengembangan inframerah untuk efisiensi kinerja alat tersebut.
Dari identifikasi suhu pada alat IFSS2, virus corona dapat di tekan angka penyebarannya dari sebuah negara ke negara lain. Seperti pada virus SARS sebelumnya, dimana IFSS2 telah terbukti memiliki akurasi yang cukup baik dalam menganalisis suhu tubuh manusia. Karena serangan virus corona saat ini telah mencapai beberapa negara di dunia. Negara yang telah membenarkan adanya infeksi coronavirus, meningkatkan pengamanan dan upaya pencegahan masuknya virus. Saat ini, infeksi virus corona semakin menyebar hingga ke 13 negara di dunia. Negara tersebut adalah China, Jepang, Prancis, Australia, Amerika Serikat, Kanada, Nepal, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, Taiwan, dan Vietnam. John Hopkins University (USA) telah mengembangkan peta digital untuk memantau penyebaran virus corona 2019-nCoV di dunia. Peta ini dikembangkan Center for System Science and Engineering (CSSE) yang merupakan peta real time. Dalam peta terebut penyebaran virus sudah semakin meluas, dengan implementasi IFSS2 yang sudah terbukti meminimalisir virus SARS. IFFS2 mempunyai peran penting dalam memperlambat penyebaran virus tersebut, dengan mengimplementasinya setiap bandara Internasional.
About Tridinamika
Related posts
Mengenal Sistem Balometer, Sensor Pendeteksi Virus Corona
30/01/2020
Cara Kerja Thermal Scanner, Teknologi Pendeteksi Virus ...
29/01/2020
Hari Buruh Nasional 1 Mei
08/03/2017
Sejak 68 Tahun RI Merdeka Baru Punya ...
28/02/2017