Mungkin sebagian dari kalian sering membaca berita tentang prediksi-prediksi tertentu di media mainstream tentang “ Jakarta 2030 Diprediksi akan Tenggelam “ berdasarkan debit air yang selalu meningkat dari tahun ke tahun, sesuai dengan data hasil alat ukur debit air. Lalu, indikasi apa saja yang menyebabkan prediksi tersebut muncul dalam media mainstream. Mungkin sebagian dari kalian berpikiran sama, seperti penulis pikirkan “ Hujan dikit saja, sudah banjir. Bagaimana Jakarta 2030 tidak tenggelam “. Mungkin landasan kalian benar, karena menurut data dari alat ukur debit air menyatakan adanya peningkatan yang signifikan yang cukup drastis dari tahun ke tahun. Ditambah menara-menara beton yang berdiri tegak, mengurangi daerah resapan.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro pernah berpendapat pada tahun 2017 lalu. “ Dengan bahaya tingkat penurunan permukaan tanah di Jakarta yang saat ini semakin meningkat, pada tahun 2030, kondisinya Jakarta akan terkena ancaman banjir dari laut di seluruh wilayah Jakarta Utara. “ Jika hal tersebut tidak segera ditangani oleh pemerintah dengan cepat atau lambat, maka tidak menutup kemungkinan jika Jakarta akan tenggelam.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) mengungkapkan, perubahan iklim yang terjadi meningkatkan risiko dan peluang curah hujan ekstrem sehingga menjadi pemicu banjir Jakarta. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengatakan, banjir awal tahun 2020 yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya karena curah hujan ekstrim (lebih dari 150 mm per hari) yang turun cukup merata di wilayah DKI Jakarta. Dari data tersebut dapat disimpulkan, jika ditinjau dengan alat ukur debit air. Jakarta mengalami peningkatan jumlah debit air dari tahun ke tahun. Indikasi tersebut bisa kita lihat kinerja pemerintah dalam normalisasi sungai dan menambah daerah resapan air agar mengurangi debit air tersebut.
Pada data badan statistik nasional tahun 2015, Kali Sunter merupakan sebuah sungai yang mengalir di bagian timur kota Jakarta, memiliki aliran sungai utama sepanjang 37 km serta memiliki daerah aliran sungai seluas 73.184.092 m2. Debit airnya adalah 83,8 mm3 saat curah hujan mencapai 100 mm. Apalagi data dengan curah hujan yang semakin meninggi dari tahun ke tahun, terutama pada tahun 2020 yang merupakan yang tertinggi selama ada pencatatan curah hujan sejak 1866 silam. Pemerintah daerah selalu melihat statistik dari alat ukur debit air agar bisa distabilkan dengan infrastruktur untuk meminimalisir peningkatan jumlah debit air yang meningkat dari tahun ke tahun.
Dari permasalahan peningkatan jumlah debit air di Ibukota tersebut, Katronic merupakan salah satu brand yang memiliki spesifikasi dari akurasi pengukuran debit air yang spesifik dibandingkan dengan brand-brand lainnya. Biasanya Katronic digunakan sebagai alat ukur debit air oleh pemerintah dalam memantau data peningkatan debit air untuk menghadirkan solusi-solusi yang tepat untuk mengurangi banjir sampai prediksi 2030 Jakarta akan tenggelam.
Jakarta Tenggelam 2030, Prediksi atau Fakta?
Mungkin sebagian dari kalian sering membaca berita tentang prediksi-prediksi tertentu di media mainstream tentang “ Jakarta 2030 Diprediksi akan Tenggelam “ berdasarkan debit air yang selalu meningkat dari tahun ke tahun, sesuai dengan data hasil alat ukur debit air. Lalu, indikasi apa saja yang menyebabkan prediksi tersebut muncul dalam media mainstream. Mungkin sebagian dari kalian berpikiran sama, seperti penulis pikirkan “ Hujan dikit saja, sudah banjir. Bagaimana Jakarta 2030 tidak tenggelam “. Mungkin landasan kalian benar, karena menurut data dari alat ukur debit air menyatakan adanya peningkatan yang signifikan yang cukup drastis dari tahun ke tahun. Ditambah menara-menara beton yang berdiri tegak, mengurangi daerah resapan.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro pernah berpendapat pada tahun 2017 lalu. “ Dengan bahaya tingkat penurunan permukaan tanah di Jakarta yang saat ini semakin meningkat, pada tahun 2030, kondisinya Jakarta akan terkena ancaman banjir dari laut di seluruh wilayah Jakarta Utara. “ Jika hal tersebut tidak segera ditangani oleh pemerintah dengan cepat atau lambat, maka tidak menutup kemungkinan jika Jakarta akan tenggelam.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) mengungkapkan, perubahan iklim yang terjadi meningkatkan risiko dan peluang curah hujan ekstrem sehingga menjadi pemicu banjir Jakarta. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengatakan, banjir awal tahun 2020 yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya karena curah hujan ekstrim (lebih dari 150 mm per hari) yang turun cukup merata di wilayah DKI Jakarta. Dari data tersebut dapat disimpulkan, jika ditinjau dengan alat ukur debit air. Jakarta mengalami peningkatan jumlah debit air dari tahun ke tahun. Indikasi tersebut bisa kita lihat kinerja pemerintah dalam normalisasi sungai dan menambah daerah resapan air agar mengurangi debit air tersebut.
Pada data badan statistik nasional tahun 2015, Kali Sunter merupakan sebuah sungai yang mengalir di bagian timur kota Jakarta, memiliki aliran sungai utama sepanjang 37 km serta memiliki daerah aliran sungai seluas 73.184.092 m2. Debit airnya adalah 83,8 mm3 saat curah hujan mencapai 100 mm. Apalagi data dengan curah hujan yang semakin meninggi dari tahun ke tahun, terutama pada tahun 2020 yang merupakan yang tertinggi selama ada pencatatan curah hujan sejak 1866 silam. Pemerintah daerah selalu melihat statistik dari alat ukur debit air agar bisa distabilkan dengan infrastruktur untuk meminimalisir peningkatan jumlah debit air yang meningkat dari tahun ke tahun.
Dari permasalahan peningkatan jumlah debit air di Ibukota tersebut, Katronic merupakan salah satu brand yang memiliki spesifikasi dari akurasi pengukuran debit air yang spesifik dibandingkan dengan brand-brand lainnya. Biasanya Katronic digunakan sebagai alat ukur debit air oleh pemerintah dalam memantau data peningkatan debit air untuk menghadirkan solusi-solusi yang tepat untuk mengurangi banjir sampai prediksi 2030 Jakarta akan tenggelam.
About Tridinamika
Related posts
Bahaya dari Salju Merah Darah di Antartika
02/03/2020
Kenapa Sering Terjadi Banjir di Kota Besar?
28/02/2020
Badai Debu di Bandara Spanyol, Kenali Kandungan ...
26/02/2020
Satu Juta Spesies Tumbuhan dan Hewan Terancam ...
21/02/2020