Sebagian salju di Antartika berubah warnanya menjadi merah darah. Fenomena ini ternyata selain menyajikan pemandangan unik, juga di baliknya mengandung bahaya tersendiri. Berdasarkan data dari ilmuwan yang bermarkas di stasiun riset milik Ukraina, Vernadsky Research Base, dikelilingi oleh salju semacam itu. Penyebabnya sejenis ganggang dengan pigmen merah bernama Chlamydomonas Chlamydomonas nivalis. Chlamydomonas adalah genus dari ganggang hijau. Mereka uniselular dan bergerak dengan flagelata. Chlamydomonas digunakan sebagai model organisme untuk biologi molekular, terutama pembelajaran pergerakkan flagellar dan dinamika kloropas, biogenesis dan genetika.
Menurut data dari alat ukur suhu, tumbuhan tersebut berkembang di air dingin. Pada saat musim dingin, mereka dalam keadaan tidak aktif. Kemudian saat musim panas, ganggang tersebut, menyebarkan spora berwarna merah. Alga ini sangat mudah ditemukan di seluruh dunia di lingkungan pegunungan dan kutub, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Phycology. Selama bulan-bulan musim dingin, mereka tidak aktif, menunggu es dan salju mencair. Ketika lingkungan memanas menurut data dari alat ukur suhu, mereka berkembang dan bereplikasi di lingkungan mereka. Alga berubah warna dari hijau ke oranye, lalu menjadi merah selama siklus hidupnya, dengan mekar yang intens selama musim dingin yang panjang.
Studi tahun 2016 mengungkap jika perkembangan ganggang menurunkan jumlah cahaya yang direfleksikan oleh salju di kutub. Tahun 2017, studi terpisah menyebut bahwa ganggang ini berkontribusi dalam mencairnya seperenam salju di Alaska. Warna merahnya, berasal dari karotenoid di kloroplas ganggang itu. Pigmen ini berperan untuk menyerap panas dan melindungi ganggang dari sinar ultraviolet dari suhu tertentu menurut alat ukur suhu. Ganggang ini dianggap dapat tumbuh dengan baik di daerah dingin dan bisa ditemukan di kutub dan kawasan pegunungan di seluruh dunia. Karotenoid dalam kloroplas ganggang adalah zat memberi warna merah pada salju. Karotenoid merupakan pigmen yang sama yang memberi warna labu dan wortel.
Mencairnya es bukanlah informasi yang bagus, karena berpotensi menambah tinggi air laut. Antartika baru saja mengalami sembilan hari gelombang panas bulan ini dan juga mencatat rekor temperatur tertinggi, menurut data dari alat ukur suhu dari Sterling Sensor. Sterling sensor memiliki beberapa produk yang dapat mengidentifikasi besar suhu yang signifikan. Dari data alat ukur suhu terkait, terjadi peningkatan sebesar 18,3 derajat Celcius di Stasiun Riset Argentina.
Bahaya dari Salju Merah Darah di Antartika
Sebagian salju di Antartika berubah warnanya menjadi merah darah. Fenomena ini ternyata selain menyajikan pemandangan unik, juga di baliknya mengandung bahaya tersendiri. Berdasarkan data dari ilmuwan yang bermarkas di stasiun riset milik Ukraina, Vernadsky Research Base, dikelilingi oleh salju semacam itu. Penyebabnya sejenis ganggang dengan pigmen merah bernama Chlamydomonas Chlamydomonas nivalis. Chlamydomonas adalah genus dari ganggang hijau. Mereka uniselular dan bergerak dengan flagelata. Chlamydomonas digunakan sebagai model organisme untuk biologi molekular, terutama pembelajaran pergerakkan flagellar dan dinamika kloropas, biogenesis dan genetika.
Menurut data dari alat ukur suhu, tumbuhan tersebut berkembang di air dingin. Pada saat musim dingin, mereka dalam keadaan tidak aktif. Kemudian saat musim panas, ganggang tersebut, menyebarkan spora berwarna merah. Alga ini sangat mudah ditemukan di seluruh dunia di lingkungan pegunungan dan kutub, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam European Journal of Phycology. Selama bulan-bulan musim dingin, mereka tidak aktif, menunggu es dan salju mencair. Ketika lingkungan memanas menurut data dari alat ukur suhu, mereka berkembang dan bereplikasi di lingkungan mereka. Alga berubah warna dari hijau ke oranye, lalu menjadi merah selama siklus hidupnya, dengan mekar yang intens selama musim dingin yang panjang.
Studi tahun 2016 mengungkap jika perkembangan ganggang menurunkan jumlah cahaya yang direfleksikan oleh salju di kutub. Tahun 2017, studi terpisah menyebut bahwa ganggang ini berkontribusi dalam mencairnya seperenam salju di Alaska. Warna merahnya, berasal dari karotenoid di kloroplas ganggang itu. Pigmen ini berperan untuk menyerap panas dan melindungi ganggang dari sinar ultraviolet dari suhu tertentu menurut alat ukur suhu. Ganggang ini dianggap dapat tumbuh dengan baik di daerah dingin dan bisa ditemukan di kutub dan kawasan pegunungan di seluruh dunia. Karotenoid dalam kloroplas ganggang adalah zat memberi warna merah pada salju. Karotenoid merupakan pigmen yang sama yang memberi warna labu dan wortel.
Mencairnya es bukanlah informasi yang bagus, karena berpotensi menambah tinggi air laut. Antartika baru saja mengalami sembilan hari gelombang panas bulan ini dan juga mencatat rekor temperatur tertinggi, menurut data dari alat ukur suhu dari Sterling Sensor. Sterling sensor memiliki beberapa produk yang dapat mengidentifikasi besar suhu yang signifikan. Dari data alat ukur suhu terkait, terjadi peningkatan sebesar 18,3 derajat Celcius di Stasiun Riset Argentina.
About Tridinamika
Related posts
Gas Detector Analyzer Alat Ukur Kadar Gas ...
15/10/2021
Dimana Beli Particle Counter KANOMAX?
10/09/2021
Mengenal Fungsi Air Quality Monitor
25/07/2021
Tubuh Menjadi Panas Ketika Sakit, Berdasarkan Thermal ...
06/03/2020