Sudah banyak informasi yang mengatakan lampu pijar (bohlam) tidak hemat energi. Lampu bohlam sendiri adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi.
Saat ini lampu pijar dipasarkan dalam berbagai macam bentuk dan tersedia untuk tegangan (voltase) kerja yang bervariasi dari mulai 1,25 volt hingga 300 volt. Energi listrik yang diperlukan lampu pijar untuk menghasilkan cahaya yang terang lebih besar dibandingkan dengan sumber cahaya buatan lainnya seperti lampu pendar dan diode cahaya, maka secara bertahap pada beberapa negara peredaran lampu pijar mulai dibatasi. Lampu berbalut kaca dengan filamen wolfram ini memang harganya murah namun memiliki kontroversi efisiensi pe-nerangan yang sangat rendah.
Lampu bohlam sebenarnya sudah banyak gantinya. Namun dengan harga yang murah tadi, di Indonesia masih banyak digunakan. Gantinya misalnya lampu hemat energi, dalam bentuk kompak (CFL) atau neon (FL).
Lampu hemat energi tahan lebih lama dan efisiensi energinya pun lebih tinggi dibandingkan lampu bohlam. Walaupun lampu ini juga mempunyai kekurangan yaitu tidak langsung terang, penge-nalan warna tidak baik dan sampahnya mengandung merkuri. Tidak heran, para ahli lampu sekarang ini sedang meneliti untuk membuat lampu hemat energi tanpa merkuri.
Lampu hemat energi memang harus dibuang secara benar. Kandungan merkuri di dalamnya adalah ganjalan alam yang tidak aman untuk lingkungan. Di Jerman, walaupun masyarakatnya banyak yang sudah sadar lingkungan, masalah kandungan merkuri di dalam lampu hemat energi masih menjadi masalah. Pasalnya lampu hemat energi bekas pakai ini masih saja dibuang sembarangan ke sampah rumah tangga, tanpa memikirkan akibat kebocoran merkuri ke tanah atau air tanah. Padahal pemerintah Jerman telah menyediakan tempat penerimaan untuk lampu hemat energi dan batere bekas.
Selain lampu hemat energi, pengganti lampu bohlam bisa juga lampu LED. Lampu LED lah yang terbaik menurut para ahli, baik itu dilihat dari efisiensi, ketahanan dan kemampuan pengenalan warnanya, hanya saja kekurangannya harga yang masih mahal.
Say Bye To Lampu Bolham
Sudah banyak informasi yang mengatakan lampu pijar (bohlam) tidak hemat energi. Lampu bohlam sendiri adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi.
Saat ini lampu pijar dipasarkan dalam berbagai macam bentuk dan tersedia untuk tegangan (voltase) kerja yang bervariasi dari mulai 1,25 volt hingga 300 volt. Energi listrik yang diperlukan lampu pijar untuk menghasilkan cahaya yang terang lebih besar dibandingkan dengan sumber cahaya buatan lainnya seperti lampu pendar dan diode cahaya, maka secara bertahap pada beberapa negara peredaran lampu pijar mulai dibatasi. Lampu berbalut kaca dengan filamen wolfram ini memang harganya murah namun memiliki kontroversi efisiensi pe-nerangan yang sangat rendah.
Lampu bohlam sebenarnya sudah banyak gantinya. Namun dengan harga yang murah tadi, di Indonesia masih banyak digunakan. Gantinya misalnya lampu hemat energi, dalam bentuk kompak (CFL) atau neon (FL).
Lampu hemat energi tahan lebih lama dan efisiensi energinya pun lebih tinggi dibandingkan lampu bohlam. Walaupun lampu ini juga mempunyai kekurangan yaitu tidak langsung terang, penge-nalan warna tidak baik dan sampahnya mengandung merkuri. Tidak heran, para ahli lampu sekarang ini sedang meneliti untuk membuat lampu hemat energi tanpa merkuri.
Lampu hemat energi memang harus dibuang secara benar. Kandungan merkuri di dalamnya adalah ganjalan alam yang tidak aman untuk lingkungan. Di Jerman, walaupun masyarakatnya banyak yang sudah sadar lingkungan, masalah kandungan merkuri di dalam lampu hemat energi masih menjadi masalah. Pasalnya lampu hemat energi bekas pakai ini masih saja dibuang sembarangan ke sampah rumah tangga, tanpa memikirkan akibat kebocoran merkuri ke tanah atau air tanah. Padahal pemerintah Jerman telah menyediakan tempat penerimaan untuk lampu hemat energi dan batere bekas.
Selain lampu hemat energi, pengganti lampu bohlam bisa juga lampu LED. Lampu LED lah yang terbaik menurut para ahli, baik itu dilihat dari efisiensi, ketahanan dan kemampuan pengenalan warnanya, hanya saja kekurangannya harga yang masih mahal.
About Tridinamika
Related posts
Tubuh Menjadi Panas Ketika Sakit, Berdasarkan Thermal ...
06/03/2020
Virus Corona Masuk ke Indonesia, Ketahui Cara ...
05/03/2020
Deteksi Virus Corona Dengan Stelop IFSS4 Mass ...
04/03/2020
Satu Juta Spesies Tumbuhan dan Hewan Terancam ...
21/02/2020