Dampak Meningkatnya Populasi Karbondioksida Di Langit (Kondisi Karbon Co2 Di Dunia Terburuk Selama 30 Tahun Terakhir)
Saat ini seluruh dunia bertanya-tanya, kondisi anomali cuaca yang mengepung hampir tiap petak di belahan bumi manapun telah mengagetkan semua pihak. Bukti nyatanya sudah sangat nampak di tahun 2015 ini. Tengok saja bagaimana rangkaian tragedi perubahan cuaca, mulai dari cuaca panas terik bahkan berujung pada kejadian mematikan di India dan Pakistan, lalu badai panas di semenanjung Arab, badai angin topan di sekitar Pasifik dan Filipina, hingga yang paling dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kemarau panjang yang membawa kekeringan sangat parah. Semua tragedi anomali cuaca itu pada akhirnya adalah bukti nyata dari masalah yang sangat pelik tentang kondisi langit, dan atmosfer bumi yang makin kritis.
Kadar karbon di atmosfer setiap harinya terus bertambah dengan jumlah yang sangat masif. Bukan sekadar ancaman omong kosong belaka, gas rumah kaca di atmosfer atau gas karbon yang melubangi atmosfer adalah jawaban dari makin memburuknya anomali cuaca di seluruh belahan bumi.
Fakta terbaru menunjukan dalam sebuah laporan ilmiah yang dirilis oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), dalam laporan itu dijelaskan bahwa sejak tahun 2014 hingga tahun 2015 kondisi gas rumah kaca atau gas karbon di atmosfer sudah mencapai titik yang paling tinggi. Dengan kondisi seperti ini pastinya memberikan ancaman nyata yang sangat buruk bagi masa depan generasi mendatang.
Dengan berjalannya waktu, jika tidak ada niatan untuk memperbaiki kondisi atmosfer bumi yang sudah semakin parah. Segala gejala cuaca dan perubahan iklim yang makin tak bisa diprediksi adalah tamparan keras bagi negara-negara yang peduli terhadap kondisi karbon Co2 di langit dunia. Diberitakan oleh Antaranews, Sekretaris Jendral WMO Michel Jarraud dalam pernyataan persnya menegaskan bahwa kita harus bertindak sekarang untuk mengurangi gas rumah kaca jika kita ingin punya peluang menjaga peningkatan suhu pada tingkat terkendali.
Kadar karbondioksida yang membekap di atomosfer mencapai kadar 400 ppm (gas penyebab kerusakan atmosfer paling utama sisa dari pembakaran bahan bakar fosil telah meningkat dalam indeks standar pencemaran udara). Angka ini terus mencetak rekor terburuk setiap tahunnya sejak pencatatan mulai dilakukan pertama kali pada tahun 1984 silam.
Jadi kesimpulannya yang menjadi dampak nyata dari meningkatnya populasi karbondioksida di langit yaitu suhu udara yang makin panas di berbagai belahan dunia. Iklim yang makin aneh dan ekstrem, bencana banjir, es mencair, dan permukaan air laut yang meningkat drastis, dunia pada kenyataannya tengah bergerak pada kehancuran karena masifnya kerusakan pada atmosfer.
Dampak Meningkatnya Populasi Karbondioksida Di Langit (Kondisi Karbon Co2 Di Dunia Terburuk Selama 30 Tahun Terakhir)
Dampak Meningkatnya Populasi Karbondioksida Di Langit (Kondisi Karbon Co2 Di Dunia Terburuk Selama 30 Tahun Terakhir)
Saat ini seluruh dunia bertanya-tanya, kondisi anomali cuaca yang mengepung hampir tiap petak di belahan bumi manapun telah mengagetkan semua pihak. Bukti nyatanya sudah sangat nampak di tahun 2015 ini. Tengok saja bagaimana rangkaian tragedi perubahan cuaca, mulai dari cuaca panas terik bahkan berujung pada kejadian mematikan di India dan Pakistan, lalu badai panas di semenanjung Arab, badai angin topan di sekitar Pasifik dan Filipina, hingga yang paling dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kemarau panjang yang membawa kekeringan sangat parah. Semua tragedi anomali cuaca itu pada akhirnya adalah bukti nyata dari masalah yang sangat pelik tentang kondisi langit, dan atmosfer bumi yang makin kritis.
Kadar karbon di atmosfer setiap harinya terus bertambah dengan jumlah yang sangat masif. Bukan sekadar ancaman omong kosong belaka, gas rumah kaca di atmosfer atau gas karbon yang melubangi atmosfer adalah jawaban dari makin memburuknya anomali cuaca di seluruh belahan bumi.
Fakta terbaru menunjukan dalam sebuah laporan ilmiah yang dirilis oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), dalam laporan itu dijelaskan bahwa sejak tahun 2014 hingga tahun 2015 kondisi gas rumah kaca atau gas karbon di atmosfer sudah mencapai titik yang paling tinggi. Dengan kondisi seperti ini pastinya memberikan ancaman nyata yang sangat buruk bagi masa depan generasi mendatang.
Dengan berjalannya waktu, jika tidak ada niatan untuk memperbaiki kondisi atmosfer bumi yang sudah semakin parah. Segala gejala cuaca dan perubahan iklim yang makin tak bisa diprediksi adalah tamparan keras bagi negara-negara yang peduli terhadap kondisi karbon Co2 di langit dunia. Diberitakan oleh Antaranews, Sekretaris Jendral WMO Michel Jarraud dalam pernyataan persnya menegaskan bahwa kita harus bertindak sekarang untuk mengurangi gas rumah kaca jika kita ingin punya peluang menjaga peningkatan suhu pada tingkat terkendali.
Kadar karbondioksida yang membekap di atomosfer mencapai kadar 400 ppm (gas penyebab kerusakan atmosfer paling utama sisa dari pembakaran bahan bakar fosil telah meningkat dalam indeks standar pencemaran udara). Angka ini terus mencetak rekor terburuk setiap tahunnya sejak pencatatan mulai dilakukan pertama kali pada tahun 1984 silam.
Jadi kesimpulannya yang menjadi dampak nyata dari meningkatnya populasi karbondioksida di langit yaitu suhu udara yang makin panas di berbagai belahan dunia. Iklim yang makin aneh dan ekstrem, bencana banjir, es mencair, dan permukaan air laut yang meningkat drastis, dunia pada kenyataannya tengah bergerak pada kehancuran karena masifnya kerusakan pada atmosfer.
(Sumber : Kompasiana)
Baca Juga : Defisit Listrik Jadi Alasan Pemadaman Rutin Di Sumatera Selatan
About Tridinamika
Related posts
Mengenal Sistem Balometer, Sensor Pendeteksi Virus Corona
30/01/2020
Cara Kerja Thermal Scanner, Teknologi Pendeteksi Virus ...
29/01/2020
Deteksi Virus Corona, Kemenkes Menggunakan Thermal Scanner
28/01/2020
Hari Buruh Nasional 1 Mei
08/03/2017