Sunday , 24 November 2024
Program Ketenagalistrikan 35.000 MW mendapat dukungan dari pemerintah Amerika Serikat. Hal ini diperkukuh dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) mengenai Power Working Group antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said dan Duta Besar Amerika Serikat Robert Black, Rabu (2/9). Acara yang berlangsung di Kantor PLN Pusat ini disaksikan oleh Direktur Utama Sofyan Basir berserta jajaran direksi dan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
Penandatanganan MoU bertujuan meningkatkan hubungan antar kedua negara dan sebagai sarana untuk memfasilitasi kerjasama pihak swasta antara Indonesia dengan Amerika Serikat dalam sektor ketenagalistrikan Indonesia. Hal ini mengingat pembangunan pembangkit 35.000 MW dalam lima tahun ke depan bukan tugas yang ringan, sehingga dibutuhkan dukungan dari semua pihak.
“Jadi semua negara yang minat dan memang punya kemampuan bisa berpartisipasi. Dan kita juga tahu Amerika merupakan salah satu Negara maju yang punya kemampuan di bidang ketenagalistrikan, sudah teruji dan sudah lama kita diskusikan ini,” kata Sudirman.
Pemerintah Amerika berkomitmen untuk mendukung pengembangan infrastruktur kelistrikan di Indonesia, khususnya untuk pengembangan energi baru dan terbarukan.
“Amerika sangat mendukung Indonesia untuk program kelistrikan 35.000 MW. Kita berusaha sebisa mungkin untuk mendukung presiden Jokowi dalam mendapatkan power generation secara bersih, efisien dan berbiaya rendah,” ujar Duta Besar Amerika Serikat Robert Blake.
Untuk mendukung hal tersebut, Amerika membentuk Power Working Group yang beranggotakan 52 perusahaan teratas di AS dan 11agency AS yang akan bekerjasama dengan PLN dan Kementrian ESDM. Perusahaan tersebut meliputi perusahaan listrik independen dan perusahaan yang bergerak di bidang energi bersih, enjiniring, keuangan, dan bidang lain yang terkait dengan energi.
Kerjasama yang akan berlangsung selama beberapa tahun ke depan ini mencakup bidang teknologi emisi batubara, penggunaan energi baru terbarukan, berbagi pengalaman tentang kebijakan energi, minimalisasi penggunaan bahan bakar solar, pengembangan jaringan daerah terpencil secara efisien, serta penggunaan teknologi terbaru bidang ketenagalistrikan.
Pada kesempatan yang sama dilaksanakan pula diskusi panel dari pemerintah Indonesia mengenai Pembangunan Pembangkit 35.000 MW, dilanjutkan dengan paparan terkait hal-hal lain untuk mendukung pengembangan kelistrikan di Indonesia, seperti risk management, financing, dan renewable energy dari perusahaan Amerika Serikat.
Baca Juga :
1 Comments