Mungkin sebagian dari kalian, akhir-akhir ini sering mendengar kata Thermal Scanner dari berbagai media yang memberitakan tentang penyebaran virus corona. Sebenarnya Thermal Scanner pada dasarnya berfungsi untuk mendeteksi suhu tubuh manusia. Thermal Scanner bisa mendeteksi panas suatu benda yang memancar dengan sendirinya. Perangkat tersebut juga mampu merekam suhu berbagai obyek yang melintas di depan perangkat.Perangkat ini dapat merekam suhu dengan warna-warna yang berbeda yang bisa dijadikan sebagai indikator. Suhu yang lebih dingin diberi warna biru, ungu, atau hijau. Sedangkan suhu yang lebih hangat dapat diberi warna merah, oranye, atau kuning. Thermal Scanner juga dilengkapi dengan perangkat pengukur kecil yang menangkap radiasi inframerah, disebut mikrobolometer.
Bolometer adalah alat untuk mengukur energi radiasi atau sinar elektromagnet, biasa digunakan dalam militer sebagai detektor pada kamera pencitra panas. Bolometer biasa dikenal dan banyak dipakai publik sebagai sensor inframerah. Sama seperti produk HT ITALIA THT 70, CA 1864, TROTEC XC 300 sampai IFSS2. Merupakan alat-alat pengukur suhu yang dilengkapi dengan bolometer atau sensor inframerah.
Mikrobolometer akan merekam suhu dan kemudian menetapkan piksel ke warna yang sesuai pada alat pengukur suhu tubuh. Untuk cara kerja Thermal Scanner sendiri, alat ini mendeteksi suhu dengan mengenali dan menangkap berbagai tingkat cahaya inframerah. Cahaya ini tidak terlihat begitu saja, tetapi dapat dirasakan sebagai panas jika intensitasnya cukup tinggi. Semakin panas suatu objek, semakin banyak pula radiasi inframerah yang dihasilkan. Melalui mikrobolometer, radiasi inframerah tersebut divisualisasikan menjadi gambar yang kemudian dapat terlihat lewat monitor. Dalam laporan penelitian tahun 2011 yang diterbitkan di Public Library of Science, para peneliti menemukan bahwa pemindai gambar termal inframerah (Infrared Thermal Image Scanner/ITIS) tidak efektif atau tidak dapat digunakan secara presisi untuk menentukan seseorang terinfeksi virus. Dalam penelitian lain yang dilakukan Canadian Agency for Drugs and Technologies in Health pada 2014, diketahui bahwa penapisan demam (menyaring orang yang demam) di bandara internasional umumnya tidak efektif dalam mendeteksi H1N1-2009 (virus SARS) dan virus influenza lainnya, atau demam berdarah. Tetapi walaupun tidak efektif dalam mengidentifikasi sebuah virus, thermal scanner sudah digunakan oleh seluruh dunia dalam meminimalisir penyebaran virus SARS dengan menngunakan stelop infrared fever screening system 2 (IFSS2) sebagai teknologi yang sudah terbukti selama krisis SARS.
Cara Kerja Thermal Scanner, Teknologi Pendeteksi Virus Corona
Mungkin sebagian dari kalian, akhir-akhir ini sering mendengar kata Thermal Scanner dari berbagai media yang memberitakan tentang penyebaran virus corona. Sebenarnya Thermal Scanner pada dasarnya berfungsi untuk mendeteksi suhu tubuh manusia. Thermal Scanner bisa mendeteksi panas suatu benda yang memancar dengan sendirinya. Perangkat tersebut juga mampu merekam suhu berbagai obyek yang melintas di depan perangkat.Perangkat ini dapat merekam suhu dengan warna-warna yang berbeda yang bisa dijadikan sebagai indikator. Suhu yang lebih dingin diberi warna biru, ungu, atau hijau. Sedangkan suhu yang lebih hangat dapat diberi warna merah, oranye, atau kuning. Thermal Scanner juga dilengkapi dengan perangkat pengukur kecil yang menangkap radiasi inframerah, disebut mikrobolometer.
Bolometer adalah alat untuk mengukur energi radiasi atau sinar elektromagnet, biasa digunakan dalam militer sebagai detektor pada kamera pencitra panas. Bolometer biasa dikenal dan banyak dipakai publik sebagai sensor inframerah. Sama seperti produk HT ITALIA THT 70, CA 1864, TROTEC XC 300 sampai IFSS2. Merupakan alat-alat pengukur suhu yang dilengkapi dengan bolometer atau sensor inframerah.
Mikrobolometer akan merekam suhu dan kemudian menetapkan piksel ke warna yang sesuai pada alat pengukur suhu tubuh. Untuk cara kerja Thermal Scanner sendiri, alat ini mendeteksi suhu dengan mengenali dan menangkap berbagai tingkat cahaya inframerah. Cahaya ini tidak terlihat begitu saja, tetapi dapat dirasakan sebagai panas jika intensitasnya cukup tinggi. Semakin panas suatu objek, semakin banyak pula radiasi inframerah yang dihasilkan. Melalui mikrobolometer, radiasi inframerah tersebut divisualisasikan menjadi gambar yang kemudian dapat terlihat lewat monitor. Dalam laporan penelitian tahun 2011 yang diterbitkan di Public Library of Science, para peneliti menemukan bahwa pemindai gambar termal inframerah (Infrared Thermal Image Scanner/ITIS) tidak efektif atau tidak dapat digunakan secara presisi untuk menentukan seseorang terinfeksi virus. Dalam penelitian lain yang dilakukan Canadian Agency for Drugs and Technologies in Health pada 2014, diketahui bahwa penapisan demam (menyaring orang yang demam) di bandara internasional umumnya tidak efektif dalam mendeteksi H1N1-2009 (virus SARS) dan virus influenza lainnya, atau demam berdarah. Tetapi walaupun tidak efektif dalam mengidentifikasi sebuah virus, thermal scanner sudah digunakan oleh seluruh dunia dalam meminimalisir penyebaran virus SARS dengan menngunakan stelop infrared fever screening system 2 (IFSS2) sebagai teknologi yang sudah terbukti selama krisis SARS.
About Tridinamika
Related posts
Mengenal Sistem Balometer, Sensor Pendeteksi Virus Corona
30/01/2020
Deteksi Virus Corona, Kemenkes Menggunakan Thermal Scanner
28/01/2020
Hari Buruh Nasional 1 Mei
08/03/2017
Sejak 68 Tahun RI Merdeka Baru Punya ...
28/02/2017