Biasanya kita akan terganggu jika berada dalam lingkungan yang sangat bising, misalnya seperti di pelabuhan. Tetapi, bunyi bising mesin kapal justru menjadi inspirasi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini untuk berinovasi.
Imam Fauzi mewujudkan mimpinya sejak tahun pertama kuliah, membangun pembangkit listrik tenaga bunyi. Terdengar tidak masuk akal ya? Bagaimana mungkin bunyi diubah menjadi tenaga listrik?
Mahasiswa jurusan Teknik Sistem Perkapalan itu mengubah frekuensi bunyi bising mesin kapal menjadi energi listrik. Caranya, input frekuensi bunyi disalurkan melalui mikrofon ke material piezoelektrik, yakni material yang sensitif terhadap getaran.
Riset Imam ini tergolong mahal. Tentu saja, kocek mahasiswa seperti dirinya enggak akan mampu membiayai mimpi membangun pembangkit listrik tenaga bunyinya itu. Menyadari hal tersebut, Imam pun menuangkan ide inovasinya dalam berbagai kontes keilmiahan, salah satunya Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM). Strateginya ini ampuh. Bersama timnya, Imam meraih medali di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-24 di Makassar.
Tidak hanya itu, keikutsertaannya dalam Marine Innovation and Technology Competition, Ethos for Indonesia dan Higher Education Research juga berbuah gelar juara. Pada kedua kompetisi ilmiah itu, Imam mengangkat proposal riset berjudul “Analysis of Batechsant (Battery Technology of sound Power Plant) Mikro-vibration Energy Degree and Reverberation in Ship Engine Room“.
Sayangnya, riset Imam tidak semulus capaiannya dalam berbagai kontes ilmiah. Banyak anggota timnya mundur karena jenuh dengan lamanya waktu riset. Tak urung, hal ini mempengaruhi semangat Imam juga. Namun, bayangan orangtua memecut semangatnya untuk terus melanjutkan riset uniknya itu. Niat membahagiakan kedua orangtuanya dengan menjadi mahasiswa prestatif selama kuliah pun membuatnya tidak patah arang.
Semangat meriset juga hadir dari dukungan orang-orang terdekat Imam. Akhirnya, Imam giat berimprovisasi dalam idenya. Bahkan, cowok jangkung ini mendaftarkan ide konversi energi bunyi miliknya ke ajang Paper Presentation National Association of African American Studies di Amerika.
Beruntung, hanya dua hari menjelang jadwal keberangkatan, dengan dibantu oleh Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS, PT PAL Indonesia mau menjadi sponsor Imam.
Pada konferensi tersebut, Imam berkompetisi dengan 276 peserta dari berbagai negara. Keunggulan inovasi riset Imam terlihat ketika alatnya diuji dalam simulasi. Ketika itu, alat buatan Imam mampu menghasilkan tegangan listrik lebih banyak dari rancangan serupa dari Profesor Mei-Chi, data pembanding yang digunakan Imam.
Image: Thinkstock
“Di simulasi itu, rancangan saya menghasilkan 2,7 volt, sedangkan Profesor Mei-Chi 2,34 volt,” ujarnya.
Faktor inilah yang mengantarkan Imam meraih peringkat tiga dalam konferensi tersebut. Meski begitu, Imam tidak lantas larut dalam euforia. Dia menyadari, kelanjutan riset ini butuh dukungan alat penelitian yang memadai dan belum bisa didapatkannya di Indonesia. Karenanya, Imam pun berencana melanjutkan risetnya di luar negeri, khususnya di Massachussets Institute of Techonology (MIT).
Meski membidik MIT sebagai tempat riset selanjutnya, Imam tetap akan meneruskan penelitian ini dengan rekan satu timnya, Usykur Rahmat Fillah dan M Dwi Bagus (Fisika ITS 2011), serta Achmad Firdaus dan Satrio Eko Yulianto (Sistem Perkapalan ITS 2010). Tim kecil ini sedang menyiapkan prototipe pembangkit listrik tenaga bunyi.
Kita tunggu saja hasil dari penemuan mereka nanti! (red)
Pembangkit Listrik Tenaga Bunyi
Biasanya kita akan terganggu jika berada dalam lingkungan yang sangat bising, misalnya seperti di pelabuhan. Tetapi, bunyi bising mesin kapal justru menjadi inspirasi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini untuk berinovasi.
Imam Fauzi mewujudkan mimpinya sejak tahun pertama kuliah, membangun pembangkit listrik tenaga bunyi. Terdengar tidak masuk akal ya? Bagaimana mungkin bunyi diubah menjadi tenaga listrik?
Mahasiswa jurusan Teknik Sistem Perkapalan itu mengubah frekuensi bunyi bising mesin kapal menjadi energi listrik. Caranya, input frekuensi bunyi disalurkan melalui mikrofon ke material piezoelektrik, yakni material yang sensitif terhadap getaran.
Riset Imam ini tergolong mahal. Tentu saja, kocek mahasiswa seperti dirinya enggak akan mampu membiayai mimpi membangun pembangkit listrik tenaga bunyinya itu. Menyadari hal tersebut, Imam pun menuangkan ide inovasinya dalam berbagai kontes keilmiahan, salah satunya Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM). Strateginya ini ampuh. Bersama timnya, Imam meraih medali di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-24 di Makassar.
Tidak hanya itu, keikutsertaannya dalam Marine Innovation and Technology Competition, Ethos for Indonesia dan Higher Education Research juga berbuah gelar juara. Pada kedua kompetisi ilmiah itu, Imam mengangkat proposal riset berjudul “Analysis of Batechsant (Battery Technology of sound Power Plant) Mikro-vibration Energy Degree and Reverberation in Ship Engine Room“.
Sayangnya, riset Imam tidak semulus capaiannya dalam berbagai kontes ilmiah. Banyak anggota timnya mundur karena jenuh dengan lamanya waktu riset. Tak urung, hal ini mempengaruhi semangat Imam juga. Namun, bayangan orangtua memecut semangatnya untuk terus melanjutkan riset uniknya itu. Niat membahagiakan kedua orangtuanya dengan menjadi mahasiswa prestatif selama kuliah pun membuatnya tidak patah arang.
Semangat meriset juga hadir dari dukungan orang-orang terdekat Imam. Akhirnya, Imam giat berimprovisasi dalam idenya. Bahkan, cowok jangkung ini mendaftarkan ide konversi energi bunyi miliknya ke ajang Paper Presentation National Association of African American Studies di Amerika.
Beruntung, hanya dua hari menjelang jadwal keberangkatan, dengan dibantu oleh Dekan Fakultas Teknologi Kelautan ITS, PT PAL Indonesia mau menjadi sponsor Imam.
Pada konferensi tersebut, Imam berkompetisi dengan 276 peserta dari berbagai negara. Keunggulan inovasi riset Imam terlihat ketika alatnya diuji dalam simulasi. Ketika itu, alat buatan Imam mampu menghasilkan tegangan listrik lebih banyak dari rancangan serupa dari Profesor Mei-Chi, data pembanding yang digunakan Imam.
Image: Thinkstock
“Di simulasi itu, rancangan saya menghasilkan 2,7 volt, sedangkan Profesor Mei-Chi 2,34 volt,” ujarnya.
Faktor inilah yang mengantarkan Imam meraih peringkat tiga dalam konferensi tersebut. Meski begitu, Imam tidak lantas larut dalam euforia. Dia menyadari, kelanjutan riset ini butuh dukungan alat penelitian yang memadai dan belum bisa didapatkannya di Indonesia. Karenanya, Imam pun berencana melanjutkan risetnya di luar negeri, khususnya di Massachussets Institute of Techonology (MIT).
Meski membidik MIT sebagai tempat riset selanjutnya, Imam tetap akan meneruskan penelitian ini dengan rekan satu timnya, Usykur Rahmat Fillah dan M Dwi Bagus (Fisika ITS 2011), serta Achmad Firdaus dan Satrio Eko Yulianto (Sistem Perkapalan ITS 2010). Tim kecil ini sedang menyiapkan prototipe pembangkit listrik tenaga bunyi.
Kita tunggu saja hasil dari penemuan mereka nanti! (red)
(Dikutip dari berbagai sumber)
About Tridinamika
Related posts
Tubuh Menjadi Panas Ketika Sakit, Berdasarkan Thermal ...
06/03/2020
SpaceX Gagal Uji Coba, Siap Luncurkan Astronaut ...
14/02/2020
Jamur dari Radiasi Chernobyl Bisa Berguna untuk ...
13/02/2020
Bumi akan Musnah, Kejadian Carrington akan Terulang ...
12/02/2020