Australia Sudah Lebih Maju Dalam Mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA)
Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA)
Tridinamika, Tidak perlu jauh untuk mengembangkan energy terbarukan. Australia misalnya, lima tahun lalu negeri Kanguru ini selangkah lebih maju dalam mengembangkan kincir angin bertenaga turbin sebagai sumber energy listrik.
Bagaimana dengan Indonesia??
Sebagai negara kepulauan dan kayak akan sumber alan energy angin, Indonesia sebenarnya berpotensi mengembangkan energy listrik tenaga angin. Padahal sumber energy ini mampu mengatasi persoalan krisis listrik yang dimana masih banhyak warga yang tinggal di daerah kepulaian dan terisolir dari pusat kota.
Sebenarnya mungkin itulah harapan beberapa orang di Indonesia, terutama jurnalis asal Indonesia saat mengikuti program Asia Pasifik Journalism Centre di Camberra dan melakukan kunjungan ke Gurrundah di New South Wales. Lebih tepatnya di daerah Gunning Wind Farm. Ini merupakan kawasan peternakan. Lima tahun lalu, beberapa perusahaan besar menyewa lahan ini untuk digunakan mendirikan puluhan kincir angin raksasa.
Manager area di turbin angin ini, Craig Simon menyebutkan bahwa biaya awal pembuatan pembangkit listriok tenaga angin (PLTA) ini cukup mahal, tetapi dampak dari Tenaga Listrik tenaga angin ini dapat berpengaruh terhadap sumber Daya Listrik untuk waktu yang cukup lama. Selain itu PLTA ini juga tidak berisik dan bebas dari karbon.
Craig membocorkan, untuk membangun satu unit kincir angin raksasa ini diperlukan modal sekitar 3 juta dolar Australia, atau setara dengan Rp 300 miliar. “Modal awal memang besar, tetapi kelanjutannya akan ringan”. Untuk dapat menempatkan kincir angin raksasa tersebut, Craig bersama perusahaannya menyewa lahan milik warga sekitar seluar 900 hektare selama 25 tahun untuk mengoprasikan turbin tenaga angin tersebut. Sementara untuk mengaliri listrik kepada masyrakat dan pelanggan , perusahaan Craig juga menempatkan pembangkit induk dan menempatkan pembangkit tersebut di lokasi yang sama.
Kata Craig, agar sumber listrik maksimal, dalam sehari dibutuhkan kecepatan angin 25 kilometer per detik. Meski teknologi ini terbilang canggih, Craig bukan tanpa kendala. Setiap hari ia bersama lima karyawan lainnya selalu melakukan pengawasan.
Hal yang paling dihindari dari teknologi ini adalah pada saat ada petir. “Kita harus cepat mematikan mesin turbin untuk menghindari korslet,” katanya. Masalah lainnya, energi ini ternyata tidak sepenuhnya mendapat dukungan dari pemerintah. Mesin ini dianggap berisik daripada mesin pembangkit menggunakan batubara.
“Coba kalian dengar. Apakah mesin ini berisik,” kata mantan teknisi listrik tenaga batubara ini.
Seandainya saja kincir angin sebesar ini dapat ditempatkan di salah satu pulau di Indonesia untuk membantu stock energy listrik yang sudah semakin menipis di Indonesia, pastinya ini akan sangat membantu masyarakat yang berada di kepulauan atau daerah yang terisolasi. Bahkan di Indonesia banyak tempat strategis untuk menempatkan kincir angin raksasa ini untuk menjadi pembangkit tenaga angin. Tidak seperti pendahulunya, Belanda di negaranya sana sudah memanfaatkan kincir angin untuk membantu segala macam kegiatan mereka, termasuk menjadikan kincir sebagai tenaga pengalir listrik yang cukup baik. Sedangkan di Indonesia ??? Walaupun ada itu hanya dalam skala kecil, dan pemerintah harusnya jika ingin mengembangkan proyek ini lebih lanjut harus ditindak dan disikapi dengan serius, baik dalam pembuatannya dan dalam anggaran politik.
Australia Sudah Lebih Maju Dalam Mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA)
Australia Sudah Lebih Maju Dalam Mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA)
Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA)
Tridinamika, Tidak perlu jauh untuk mengembangkan energy terbarukan. Australia misalnya, lima tahun lalu negeri Kanguru ini selangkah lebih maju dalam mengembangkan kincir angin bertenaga turbin sebagai sumber energy listrik.
Bagaimana dengan Indonesia??
Sebagai negara kepulauan dan kayak akan sumber alan energy angin, Indonesia sebenarnya berpotensi mengembangkan energy listrik tenaga angin. Padahal sumber energy ini mampu mengatasi persoalan krisis listrik yang dimana masih banhyak warga yang tinggal di daerah kepulaian dan terisolir dari pusat kota.
Sebenarnya mungkin itulah harapan beberapa orang di Indonesia, terutama jurnalis asal Indonesia saat mengikuti program Asia Pasifik Journalism Centre di Camberra dan melakukan kunjungan ke Gurrundah di New South Wales. Lebih tepatnya di daerah Gunning Wind Farm. Ini merupakan kawasan peternakan. Lima tahun lalu, beberapa perusahaan besar menyewa lahan ini untuk digunakan mendirikan puluhan kincir angin raksasa.
Manager area di turbin angin ini, Craig Simon menyebutkan bahwa biaya awal pembuatan pembangkit listriok tenaga angin (PLTA) ini cukup mahal, tetapi dampak dari Tenaga Listrik tenaga angin ini dapat berpengaruh terhadap sumber Daya Listrik untuk waktu yang cukup lama. Selain itu PLTA ini juga tidak berisik dan bebas dari karbon.
Craig membocorkan, untuk membangun satu unit kincir angin raksasa ini diperlukan modal sekitar 3 juta dolar Australia, atau setara dengan Rp 300 miliar. “Modal awal memang besar, tetapi kelanjutannya akan ringan”. Untuk dapat menempatkan kincir angin raksasa tersebut, Craig bersama perusahaannya menyewa lahan milik warga sekitar seluar 900 hektare selama 25 tahun untuk mengoprasikan turbin tenaga angin tersebut. Sementara untuk mengaliri listrik kepada masyrakat dan pelanggan , perusahaan Craig juga menempatkan pembangkit induk dan menempatkan pembangkit tersebut di lokasi yang sama.
Kata Craig, agar sumber listrik maksimal, dalam sehari dibutuhkan kecepatan angin 25 kilometer per detik. Meski teknologi ini terbilang canggih, Craig bukan tanpa kendala. Setiap hari ia bersama lima karyawan lainnya selalu melakukan pengawasan.
Hal yang paling dihindari dari teknologi ini adalah pada saat ada petir. “Kita harus cepat mematikan mesin turbin untuk menghindari korslet,” katanya. Masalah lainnya, energi ini ternyata tidak sepenuhnya mendapat dukungan dari pemerintah. Mesin ini dianggap berisik daripada mesin pembangkit menggunakan batubara.
“Coba kalian dengar. Apakah mesin ini berisik,” kata mantan teknisi listrik tenaga batubara ini.
Seandainya saja kincir angin sebesar ini dapat ditempatkan di salah satu pulau di Indonesia untuk membantu stock energy listrik yang sudah semakin menipis di Indonesia, pastinya ini akan sangat membantu masyarakat yang berada di kepulauan atau daerah yang terisolasi. Bahkan di Indonesia banyak tempat strategis untuk menempatkan kincir angin raksasa ini untuk menjadi pembangkit tenaga angin. Tidak seperti pendahulunya, Belanda di negaranya sana sudah memanfaatkan kincir angin untuk membantu segala macam kegiatan mereka, termasuk menjadikan kincir sebagai tenaga pengalir listrik yang cukup baik. Sedangkan di Indonesia ??? Walaupun ada itu hanya dalam skala kecil, dan pemerintah harusnya jika ingin mengembangkan proyek ini lebih lanjut harus ditindak dan disikapi dengan serius, baik dalam pembuatannya dan dalam anggaran politik.
Baca Juga :
Pemerataan Listrik Bagi Masyarakat Yang Ada Di Desa-Desa Terpencil
Mengetahui Lebih Jauh Tentang Energi Listrik: Fakta Menarik Tentang Listrik
About Tridinamika
Related posts
Mobil Bertenaga Sampah, Bisakah Terealisasi?
05/02/2020
Mengenal Relay Tester, Penguji Overload Relay
27/08/2018
Mengenal Current Injector dan Spesifikasi Current Test-nya
21/08/2018
4 Tips Menghemat Air di Rumah, Toko, ...
21/05/2018