Listrik Masuk Desa Akan Manfaatkan Energi Terbarukan
Kincir angin di ladang Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, Kecamatan Kahangau Eti, Sumba Timur, 7 April 2015. Tempo/Praga Utama
Pasokan listrik masih menjadi persoalan penting bagi masyarakat desa-desa tertinggal di Indonesia, sehingga Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) akan menggenjot program listrik desa mengingat ada sekitar 15.000 desa di Indonesia yang belum teraliri listrik.
“Banyak sumber tenaga listrik dalam skala besar maupun kecil yang bisa dikembangkan di desa. Baik pembangkit listrik tenaga air (PLTA), tenaga surya (PLTS), dan energi terbarukan seperti panas bumi, angin, biomasa, dan sebagainya,” kata Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Marwan Jafar dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (6 Juli 2015).
Hal itu dikemukakan Menteri Marwan untuk merespon pernyataan Presiden Joko Widodo saat meresmikan Pembangkit Listrik Energi Panas Bumi (PLTP) Kamojang V Garut dan ground breaking PLTP Ulubelu III dan IV Lampung. Presiden Joko Widodo menyebut sampah dan kotoran ternak sebagai potensi energy, karena sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan. Apalagi kandungan CO2 hasil pembakaran sampah sangat kecil, aman. Gas rawa yang tersembunyi di balik gambut juga merupakan potensi energi yang leluasa dikembangkan.
Marwan mengatakan, energi terbarukan sebagai bahan bakar alternatif banyak ditemukan di masyarakat perdesaan. Hanya yang diperlukan saat ini, masyarakat dapat diberikan pelatihan untuk mengubah kotoran menjadi listrik. Jika pengadaan listrik teraliri, maka bisa dimanfaatkan untuk menjadi sumber ekonomi masyarakat.
Dia menjelaskan, keberadaan listrik adalah salah satu indikator penting untuk mengukur kemajuan sebuah kabupaten maupun desa. Dari 74.094 desa di Indonesia, ada 39.086 desa yang tertinggal atau sekitar 52,78 persen dari total desa yang ada.
“Dari jumlah itu, ada sekitar 15.000 desa di Indonesia yang belum teraliri listrik. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita karena aliran listrik adalah kebutuhan penting masyarakat di jaman sekarang,” ujarnya.
Menteri dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menambahkan, masyarakat yang belum teraliri listrik tak bisa belajar dengan maksimal, kesulitan mendapat akses informasi, dan tak dapat menikmati perkembangan teknologi. Karena itu upaya pengadaan listrik desa akan diikhtiarkan secara sungguh-sungguh.
“Dalam beberapa program pembangunan daerah tertinggal, kita selalu agendakan tentang pengadaan listrik bagi desa-desa yang belum teraliri listrik. Misalnya bantuan pengadaan PLTS dan sebagainya. Ini penting sebagai stimulus agar program listrik secara massif dan berskala besar bisa segera terwujud,” ujar Marwan.
Ikhtiar untuk pengadaan listrik desa, lanjut Menteri Marwan, juga dilakukan dengan menggandeng sejumlah perguruan tinggi dan universitas. “Misalnya kita sudah kerjasama dengan Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS). Mereka akan menyiapkan peneliti handal dan siap diterjunkan ke desa-desa untuk membantu masyarakat,” tandasnya.
Marwan menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi listrik yang sangat besar, khususnya berupa pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal). “Jika potensi geothermal itu bisa dimanfaatkan, maka semua desa di Indonesia bakal terang benderang,” ujarnya.
Listrik Masuk Desa Akan Manfaatkan Energi Terbarukan
Listrik Masuk Desa Akan Manfaatkan Energi Terbarukan
Kincir angin di ladang Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, Kecamatan Kahangau Eti, Sumba Timur, 7 April 2015. Tempo/Praga Utama
Pasokan listrik masih menjadi persoalan penting bagi masyarakat desa-desa tertinggal di Indonesia, sehingga Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) akan menggenjot program listrik desa mengingat ada sekitar 15.000 desa di Indonesia yang belum teraliri listrik.
“Banyak sumber tenaga listrik dalam skala besar maupun kecil yang bisa dikembangkan di desa. Baik pembangkit listrik tenaga air (PLTA), tenaga surya (PLTS), dan energi terbarukan seperti panas bumi, angin, biomasa, dan sebagainya,” kata Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Marwan Jafar dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (6 Juli 2015).
Hal itu dikemukakan Menteri Marwan untuk merespon pernyataan Presiden Joko Widodo saat meresmikan Pembangkit Listrik Energi Panas Bumi (PLTP) Kamojang V Garut dan ground breaking PLTP Ulubelu III dan IV Lampung. Presiden Joko Widodo menyebut sampah dan kotoran ternak sebagai potensi energy, karena sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan. Apalagi kandungan CO2 hasil pembakaran sampah sangat kecil, aman. Gas rawa yang tersembunyi di balik gambut juga merupakan potensi energi yang leluasa dikembangkan.
Marwan mengatakan, energi terbarukan sebagai bahan bakar alternatif banyak ditemukan di masyarakat perdesaan. Hanya yang diperlukan saat ini, masyarakat dapat diberikan pelatihan untuk mengubah kotoran menjadi listrik. Jika pengadaan listrik teraliri, maka bisa dimanfaatkan untuk menjadi sumber ekonomi masyarakat.
Dia menjelaskan, keberadaan listrik adalah salah satu indikator penting untuk mengukur kemajuan sebuah kabupaten maupun desa. Dari 74.094 desa di Indonesia, ada 39.086 desa yang tertinggal atau sekitar 52,78 persen dari total desa yang ada.
“Dari jumlah itu, ada sekitar 15.000 desa di Indonesia yang belum teraliri listrik. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita karena aliran listrik adalah kebutuhan penting masyarakat di jaman sekarang,” ujarnya.
Menteri dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menambahkan, masyarakat yang belum teraliri listrik tak bisa belajar dengan maksimal, kesulitan mendapat akses informasi, dan tak dapat menikmati perkembangan teknologi. Karena itu upaya pengadaan listrik desa akan diikhtiarkan secara sungguh-sungguh.
“Dalam beberapa program pembangunan daerah tertinggal, kita selalu agendakan tentang pengadaan listrik bagi desa-desa yang belum teraliri listrik. Misalnya bantuan pengadaan PLTS dan sebagainya. Ini penting sebagai stimulus agar program listrik secara massif dan berskala besar bisa segera terwujud,” ujar Marwan.
Ikhtiar untuk pengadaan listrik desa, lanjut Menteri Marwan, juga dilakukan dengan menggandeng sejumlah perguruan tinggi dan universitas. “Misalnya kita sudah kerjasama dengan Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS). Mereka akan menyiapkan peneliti handal dan siap diterjunkan ke desa-desa untuk membantu masyarakat,” tandasnya.
Marwan menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi listrik yang sangat besar, khususnya berupa pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal). “Jika potensi geothermal itu bisa dimanfaatkan, maka semua desa di Indonesia bakal terang benderang,” ujarnya.
Sumber Tempo news
Baca Juga :
Beberapa Masalah Yang Sering Timbul Pada Jaringan Listrik
Tips Mengatasi Drop Tegangan Otomotif Listrik
About Tridinamika
Related posts
Mengenal Gas Metana Sebagai Sumber Energi Baru
11/01/2017
Sampah Plastik Sebagai Sumber Energi
09/01/2017
8 Fakta Tentang Plastik Dan Styrofoam
02/12/2016
Mengenal pembangkit listrik tenaga Mikrohidro
07/10/2016