Manfaat MCT (Microturbine Cogeneration Technology) sebagai pembangkit listrik tidak hanya untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca, juga dapat dimanfaatkan untuk mesin pembangkit listrik energi terbarukan menggunakan biogas atau landfill gas, serta untuk menghemat biaya pembangkitan listrik bila disertai sistem cogeneration yang efisien. Dari aplikasi unit-unit demo microturbine proyek MCTAP, terukur bahwa emisi gas buang CO2 microturbine adalah sekitar 0,12-0,17 kg CO2 / kWh. Jauh lebih rendah dibandingkan emisi gas buang CO2 rata-rata pembangkit PLN yang berkisar di 0,78 kg CO2 / kWh.
Ada tipe-tipe microturbine yang bisa memanfaatkan bahan bakar gas rendah kalori (low BTU gas), sehingga dapat menggunakan biogas atau landfill gas. Bahkan terdapat juga sistem microturbine yang menggunakan ultra-low BTU gas dengan kadar gas CH hanya 5%, sehingga bisa digunakan di 4 landfill yang sudah lama tidak aktif. Penggunaan biogas atau landfill gas menjadikan microturbine sebagai salah satu pilihan pembangkit listrik energi terbarukan dan berkesinambungan.
Selain menghasilkan energi listrik, microturbine menghasilkan energi thermal melalui sistem pembuangan exhaust gas yang bisa di recovery untuk proses lain. Recovery panas buang ini menjadikan microturbine sebagai suatu sistem cogeneration, dan meningkatkan efisiensi microturbine secara keseluruhan. Bila keuntungan yang diperoleh dari recovery panas buang dihitung sebagai pengurang biaya bahan bakar microturbine, maka biaya aktual pembangkitan listrik akan berkurang, dan bahkan bisa lebih murah dari biaya listrik PLN. (red)
Microturbine Biogas dan Landfill Gas Untuk Pembangkit Listrik
Manfaat MCT (Microturbine Cogeneration Technology) sebagai pembangkit listrik tidak hanya untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca, juga dapat dimanfaatkan untuk mesin pembangkit listrik energi terbarukan menggunakan biogas atau landfill gas, serta untuk menghemat biaya pembangkitan listrik bila disertai sistem cogeneration yang efisien. Dari aplikasi unit-unit demo microturbine proyek MCTAP, terukur bahwa emisi gas buang CO2 microturbine adalah sekitar 0,12-0,17 kg CO2 / kWh. Jauh lebih rendah dibandingkan emisi gas buang CO2 rata-rata pembangkit PLN yang berkisar di 0,78 kg CO2 / kWh.
Ada tipe-tipe microturbine yang bisa memanfaatkan bahan bakar gas rendah kalori (low BTU gas), sehingga dapat menggunakan biogas atau landfill gas. Bahkan terdapat juga sistem microturbine yang menggunakan ultra-low BTU gas dengan kadar gas CH hanya 5%, sehingga bisa digunakan di 4 landfill yang sudah lama tidak aktif. Penggunaan biogas atau landfill gas menjadikan microturbine sebagai salah satu pilihan pembangkit listrik energi terbarukan dan berkesinambungan.
Selain menghasilkan energi listrik, microturbine menghasilkan energi thermal melalui sistem pembuangan exhaust gas yang bisa di recovery untuk proses lain. Recovery panas buang ini menjadikan microturbine sebagai suatu sistem cogeneration, dan meningkatkan efisiensi microturbine secara keseluruhan. Bila keuntungan yang diperoleh dari recovery panas buang dihitung sebagai pengurang biaya bahan bakar microturbine, maka biaya aktual pembangkitan listrik akan berkurang, dan bahkan bisa lebih murah dari biaya listrik PLN. (red)
Dr. Ir. Soni Solistia Wirawan, M.
Baca Juga : Mengenal Gas Metana Sebagai Sumber Energi Baru
About Tridinamika
Related posts
Mengenal Gas Metana Sebagai Sumber Energi Baru
11/01/2017
Sampah Plastik Sebagai Sumber Energi
09/01/2017
8 Fakta Tentang Plastik Dan Styrofoam
02/12/2016
Mengenal pembangkit listrik tenaga Mikrohidro
07/10/2016