Listrik adalah kebutuhan pokok semua orang. Hampir tidak ada kegiatan yang terlepas dari listrik, mulai dari menyalakan lampus, televisi, komputer, bahkan untuk mengisi ulang sebuah smartphone juga membutuhkan daya listrik.
Energi yang disalurkan melalui penghantar berupa kabel, muatan listrik yang mengalir dari saluran positif ke saluran negatif, akan menghasilkan arus listrik. Listrik sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu arus listrik AC dan DC. Dalam artikel ini, kami akan memberikan pembahasan mengenai perbedaan arus listrik AC dan DC, serta mana yang lebih baik.
Arus Listrik AC
Juga dikenal sebagai Alternating Current, merupakan listrik yang besar dan arah arusnya selalu berubah-ubah dan bolak-balik. Arus listrik AC aman untuk memindahkan energi dalam jarak yang jauh dalam jumlah banyak. Penyebab dari arah aliran elektron adalah magnet yang berputar di sepanjang kawat.
Di Indonesia sendiri arus listrik AC dipelihara di bawah naungan PLN. Tegangan standar yang diterapkan di Indonesia untuk listrik AC 1 (satu) fasa adalah 220 volt dengan frekuensi 50Hz. Tegangan dan frekuensi ini terdapat pada rumah anda, kecuali jika anda tidak berlangganan listrik PLN. Faktor daya di arus AC harus diantara 0 dan satu.
Arus AC ini bisa didapatkan dari generatur arus bolak balik. Sebagai pengaman listrik AC yang ada dirumah anda, biasanya pihak PLN menggunakan pembatas sekaligus pengaman yaitu MCB (miniature circuit breaker).
Arus Listrik DC
Juga dikenal sebagai Direct Current, merupakan arus listrik searah. Listrik DC (direct current) biasanya digunakan oleh perangkat elektronika. Misalnya laptop, lampu LED, komputer, laptop, TV, radio, dan masih banyak lagi. Jika faktor daya di arus AC harus diantara 0 dan 1 (satu), maka faktor daya arus DC harus selalu 1 (satu). Dan arus DC ini bisa didapatkan dari sell atau baterai.
Intinya kebanyakan perangkat yang menggunakan listrik DC merupakan beban perangkat elektronika.
Arus listrik DC tidak bisa melakukan perjalanan yang relatif jauh, karena arus DC ini akan mulai melemah dan kehilangan energi ketika jaraknya semakin jauh. Penyebab dari arah aliran elektron pada arus DC itu adalah magnet yang stabil yang ada di sepanjang kawat.
Penyimpanan dan Konversi Listrik AC dan DC
Arus AC dapat diubah menjadi DC dengan menggunakan adaptor. Contoh penggunaannya ketika menggunakan laptop, bisa menggunakan arus listrik kemudian disambungkan ke adaptor untuk mengisi baterai di laptop. Sebaliknya arus DC juga bisa di naik – turunnkan untuk menjadi arus AC, namun lebih sulit. Contohnya ketika aki mobil 12 volt diubah menjadi arus ac 120 volt untuk mengisi daya alat kecil. Untuk penyimpanan daya, listrik DC dapat disimpan dalam baterai, sedangkan arus AC tidak bisa disimpan.
Mana Yang Lebih Berbahaya?
Tergantung.
Ada pendapat mengatakan bahwa arus DC lebih berbahaya. Misalnya seseorang tersengat listrik 200 volt pada arus AC. Arus AC merupakan arus bolak-balik sehingga suatu saat akan mencapai tegangan 0 volt selama siklus. Saat itu, tubuh yang tersengat akan melepas diri dari konduktor.
Sedangkan arus DC merupakan arus searah, artinya tegangan yang lewat akan stabil pada nilai 200 volt dan tidak pernah mencapai angka 0 volt. Sehingga, tubuh yang tersengat listrik tidak memiliki kesempatan untuk melepas diri.
Tentunya hal ini akan lebih berbahaya bagi tubuh manusia. Namun, jika frekuensi arus AC tinggi, tubuh akan sulit merasakan siklus dimana tegangan AC mencapai 0 volt.
Lain lagi mengatakan bahwa arus AC lebih berbahaya 3-5 kali lipat dibandingkan arus DC pada tegangan yang sama. Ketika tersengat listrik arus DC, otot cenderung akan berkontraksi sehingga mampu melepaskan diri dari hubungan. Sedangkan pada arus AC, arus berbalik arah 50 kali per detik sehingga otot tidak mampu berkontraksi satu arah, tetapi justru bolak-balik dan cenderung menjadi kejang pada titik hubungan, selama korban masih sadar, hubungan tidak akan bisa lepas. Ditinjau dari kapasitas terjadinya kasus tersengat listrik, arus AC cenderung lebih berbahaya dibandingkan arus DC. Selama ini lebih banyak orang yang tersengat arus AC (listrik rumah) dari pada arus DC. Namun, pendapat tersebut tidak berlaku lagi jika tegangan yang dimiliki suatu aliran listrik bernilai kecil. Sesuai pendapat yang pertama tentu arus DC lebih berbahaya pada kondisi ini. Tapi listrik arus AC lebih berbahaya dari pada arus DC. Namun, pendapat ini tidak berlaku jika nilai tegangan aliran listrik yang terjadi kecil.
Terima kasih telah membaca. Semoga artikel ini membantu.
Apa Perbedaan Arus Listrik AC dan DC? Mana Yang Lebih Berbahaya?
Listrik adalah kebutuhan pokok semua orang. Hampir tidak ada kegiatan yang terlepas dari listrik, mulai dari menyalakan lampus, televisi, komputer, bahkan untuk mengisi ulang sebuah smartphone juga membutuhkan daya listrik.
Energi yang disalurkan melalui penghantar berupa kabel, muatan listrik yang mengalir dari saluran positif ke saluran negatif, akan menghasilkan arus listrik. Listrik sendiri dibagi menjadi dua jenis yaitu arus listrik AC dan DC. Dalam artikel ini, kami akan memberikan pembahasan mengenai perbedaan arus listrik AC dan DC, serta mana yang lebih baik.
Arus Listrik AC
Juga dikenal sebagai Alternating Current, merupakan listrik yang besar dan arah arusnya selalu berubah-ubah dan bolak-balik. Arus listrik AC aman untuk memindahkan energi dalam jarak yang jauh dalam jumlah banyak. Penyebab dari arah aliran elektron adalah magnet yang berputar di sepanjang kawat.
Di Indonesia sendiri arus listrik AC dipelihara di bawah naungan PLN. Tegangan standar yang diterapkan di Indonesia untuk listrik AC 1 (satu) fasa adalah 220 volt dengan frekuensi 50Hz. Tegangan dan frekuensi ini terdapat pada rumah anda, kecuali jika anda tidak berlangganan listrik PLN. Faktor daya di arus AC harus diantara 0 dan satu.
Arus AC ini bisa didapatkan dari generatur arus bolak balik. Sebagai pengaman listrik AC yang ada dirumah anda, biasanya pihak PLN menggunakan pembatas sekaligus pengaman yaitu MCB (miniature circuit breaker).
Arus Listrik DC
Juga dikenal sebagai Direct Current, merupakan arus listrik searah. Listrik DC (direct current) biasanya digunakan oleh perangkat elektronika. Misalnya laptop, lampu LED, komputer, laptop, TV, radio, dan masih banyak lagi. Jika faktor daya di arus AC harus diantara 0 dan 1 (satu), maka faktor daya arus DC harus selalu 1 (satu). Dan arus DC ini bisa didapatkan dari sell atau baterai.
Intinya kebanyakan perangkat yang menggunakan listrik DC merupakan beban perangkat elektronika.
Arus listrik DC tidak bisa melakukan perjalanan yang relatif jauh, karena arus DC ini akan mulai melemah dan kehilangan energi ketika jaraknya semakin jauh. Penyebab dari arah aliran elektron pada arus DC itu adalah magnet yang stabil yang ada di sepanjang kawat.
Penyimpanan dan Konversi Listrik AC dan DC
Arus AC dapat diubah menjadi DC dengan menggunakan adaptor. Contoh penggunaannya ketika menggunakan laptop, bisa menggunakan arus listrik kemudian disambungkan ke adaptor untuk mengisi baterai di laptop. Sebaliknya arus DC juga bisa di naik – turunnkan untuk menjadi arus AC, namun lebih sulit. Contohnya ketika aki mobil 12 volt diubah menjadi arus ac 120 volt untuk mengisi daya alat kecil.
Untuk penyimpanan daya, listrik DC dapat disimpan dalam baterai, sedangkan arus AC tidak bisa disimpan.
Mana Yang Lebih Berbahaya?
Tergantung.
Ada pendapat mengatakan bahwa arus DC lebih berbahaya. Misalnya seseorang tersengat listrik 200 volt pada arus AC. Arus AC merupakan arus bolak-balik sehingga suatu saat akan mencapai tegangan 0 volt selama siklus. Saat itu, tubuh yang tersengat akan melepas diri dari konduktor.
Sedangkan arus DC merupakan arus searah, artinya tegangan yang lewat akan stabil pada nilai 200 volt dan tidak pernah mencapai angka 0 volt. Sehingga, tubuh yang tersengat listrik tidak memiliki kesempatan untuk melepas diri.
Tentunya hal ini akan lebih berbahaya bagi tubuh manusia. Namun, jika frekuensi arus AC tinggi, tubuh akan sulit merasakan siklus dimana tegangan AC mencapai 0 volt.
Lain lagi mengatakan bahwa arus AC lebih berbahaya 3-5 kali lipat dibandingkan arus DC pada tegangan yang sama. Ketika tersengat listrik arus DC, otot cenderung akan berkontraksi sehingga mampu melepaskan diri dari hubungan. Sedangkan pada arus AC, arus berbalik arah 50 kali per detik sehingga otot tidak mampu berkontraksi satu arah, tetapi justru bolak-balik dan cenderung menjadi kejang pada titik hubungan, selama korban masih sadar, hubungan tidak akan bisa lepas.
Ditinjau dari kapasitas terjadinya kasus tersengat listrik, arus AC cenderung lebih berbahaya dibandingkan arus DC. Selama ini lebih banyak orang yang tersengat arus AC (listrik rumah) dari pada arus DC. Namun, pendapat tersebut tidak berlaku lagi jika tegangan yang dimiliki suatu aliran listrik bernilai kecil. Sesuai pendapat yang pertama tentu arus DC lebih berbahaya pada kondisi ini. Tapi listrik arus AC lebih berbahaya dari pada arus DC. Namun, pendapat ini tidak berlaku jika nilai tegangan aliran listrik yang terjadi kecil.
Terima kasih telah membaca. Semoga artikel ini membantu.
Referensi
About Tridinamika
Related posts
Mobil Bertenaga Sampah, Bisakah Terealisasi?
05/02/2020
Mengenal Relay Tester, Penguji Overload Relay
27/08/2018
Mengenal Current Injector dan Spesifikasi Current Test-nya
21/08/2018
Berapa Lama Seharusnya AC Dibersihkan dan Diurus?
23/04/2018