2014 Tercatat sebagai Tahun Terpanas dalam Catatan Sejarah Dunia
Tahun Terpanas dalam Catatan Sejarah Dunia
Pertambangan batubara di Australia untuk pembangkit listrik Loy Yang. Batubara merupakan sumber bahan bakar karbon yang paling intensif di dunia dan para ilmuwan mengatakan bahwa batubara sebaiknya dibiarkan, tidak dieksploitasi untuk menghindari dampak bencana global. Namun, masih banyak negara, seperti Australia, dengan sepenuh hati mendukung industri batubara. Foto: Marcus Wong Wongm.
Tidak mengherankan, ketika Jumat minggu lalu, Badan Antariksa Amerika NASA dan Badan Cuaca NOAA mengumumkan bahwa tahun 2014 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah. Tahun 2014 mengalahkan dua pemegang rekor sebelumnya yakni tahun 2005 dan 2010.
Menurut NOAA, suhu tahun 2014 lebih panas 0,69 derajat Celsius ketimbang rata-rata suhu bumi abad ke-20. Bumi menghadapi pemanasan yang cepat karena emisi gas rumah kaca, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas, juga dari deforestasi dan industri pertanian. Dalam kurun waktu lebih dari seratus tahun, planet ini telah menghangat 0,8 derajat Celsius di mana di beberapa daerah seperti Kutub Utara mengalami pemanasan jauh lebih cepat.
“Bukti-bukti (tentang global warming) telah begitu kuat, saya tidak faham mengapa kita perlu berdebat lagi. ” kata Don Wuebbles, ilmuwan atmosfer dari University of Illinois.
Wuebbles juga mengatakan bahwa berdasarkan data, tahun 2014 mungkin adalah tahun terpanas dalam beberapa millenia terakhir.
“Bisa dikatakan, tahun 2014 mungkin tahun terpanas dalam 1.700 hingga 2.000 tahun terakhir, dan saya pikir itu mungkin bahkan dalam 5.000 tahun terakhir” katanya. “Kita memiliki tren suhu yang terus naik dalam abad terakhir. Artinya, kita memiliki sinyal yang jelas bahwa iklim dunia berubah, karena aktivitas manusia,” tambahnya.
Suhu global dari tahun 1880 sampai 2014. Tahun terdingin selama periode ini adalah 1911 dan terpanas 2014. Grafik: NOAA.
Ini cukup luar biasa, karena 2014 bukanlah tahun El Niño. Hampir semua pemegang rekor sebelumnya -termasuk 2005, 2010, atau 1998- adalah tahun El Niño menyerang. El Niño mengacu pada suhu hangat laut bertahan di Samudra Pasifik tengah, tren siklus yang mengarah ke pergeseran pola cuaca di seluruh dunia, termasuk suhu hangat secara keseluruhan. La Nina, kebalikan dari El Nino, adalah ketika air laut ini lebih dingin dari biasanya.
Ini tidak berarti bahwa di tahun 2014 semua tempat mengalami rekor terpanas. Di beberapa bagian di Amerika Serikat bagian timur, tahun lalu suhu lebih dingin dibanding rata-rata tahun sebelumnya. Terutama, karena fluktuasi ekstrim dalam aliran sistem cuaca, yang beberapa ilmuwan percaya semuanya terkait dengan pemanasan global. Tapi tahun lalu, Eropa mengalami tahun terpanas dalam 500 tahun terakhir, dan pemanasan juga terlihat di Afrika dan Asia, dan lapisan-lapiran es juga mencair di Rusia. California mengalami tahun terpanas dalam catatan sejarahnya, bahkan mengalami kekeringan yang tak pernah putus, sementara Alaska juga panas. Selain itu, banyak dari lautan menunjukkan suhu hangat intens sepanjang tahun meskipun tidak pernah cukup untuk menjadi gelombang El Niño.
“Ini adalah serangkaian tahun yang hangat, dalam rangkaian dekade yang hangat,” kata Gavin Schmidt, Direktur NASA Goddard Institute of Space Studies (GISS). “Sementara peringkat masing-masing tahun dapat dipengaruhi oleh pola cuaca yang tak menentu, namun bisa dilihat bahwa tren jangka panjang yang disebabkan pemicu perubahan iklim yang sekarang ini didominasi oleh emisi gas rumah kaca.”
Suhu global tahun 2014 dibandingkan dengan data awal 1981-2010. Merah berarti lebih hangat daripada rata-rata data awal, biru berarti dingin. Secara keseluruhan, 2014 adalah tahun terpanas dan mungkin tahun terpanas dalam 5.000 tahun terakhir. Foto: NOAA
Pemanasan global berdampak pada planet dalam berbagai cara, termasuk menghilangnya es laut Arktik, pencairan gletser, naiknya permukaan air laut, memburuknya kekeringan dan banjir, dan hilangnya beberapa spesies. Seiring planet yang makin menghangat, para ilmuwan memperingatkan kemungkinan akan tenggelamnya pulau-pulau kecil, migrasi manusia besar-besaran, kepunahan massal, dan peningkatan perang serta kekerasan. Sampai saat ini, para pemimpin politik tidak berbuat banyak untuk menghambat laju pertumbuhan konstan emisi gas rumah kaca. Namun, ada harapan besar adanya perjanjian iklim baru tahun depan di Paris setelah sebelumnya ada kesepakatan bersama antara Cina dan Amerika Serikat, dua negara emitter gas rumah kaca terbesar di dunia.
“Kami meyakini bahwa tingkat kepanasan akan terus mencetak rekor baru di tahun tahun mendatang, meski tidak di semua tempat atau di setiap tahun, tapi akan terus naik. Dan itu bukanlah pertanda baik untuk sebuah peradaban yang terus menambah gas rumah kaca ke atmosfer pada tingkat yang terus meningkat” kata Schmidt.
Grafik menunjukkan bagaimana tahun di mana ada El Nino dan La Nina memainkan peran dalam rekor dan fluktuasi suhu tahunan. Grafik: NASA.
Peta menunjukkan suhu dari 2000-2009 (dekade terpanas) dibandingkan dengan data awal 1951-1980. Foto: NASA
Perbedaan suhu dari 1880 hingga 2014. Grafik: NOAA.
2014 Tercatat sebagai Tahun Terpanas dalam Catatan Sejarah Dunia
2014 Tercatat sebagai Tahun Terpanas dalam Catatan Sejarah Dunia
Tahun Terpanas dalam Catatan Sejarah Dunia
Pertambangan batubara di Australia untuk pembangkit listrik Loy Yang. Batubara merupakan sumber bahan bakar karbon yang paling intensif di dunia dan para ilmuwan mengatakan bahwa batubara sebaiknya dibiarkan, tidak dieksploitasi untuk menghindari dampak bencana global. Namun, masih banyak negara, seperti Australia, dengan sepenuh hati mendukung industri batubara. Foto: Marcus Wong Wongm.
Tidak mengherankan, ketika Jumat minggu lalu, Badan Antariksa Amerika NASA dan Badan Cuaca NOAA mengumumkan bahwa tahun 2014 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah. Tahun 2014 mengalahkan dua pemegang rekor sebelumnya yakni tahun 2005 dan 2010.
Menurut NOAA, suhu tahun 2014 lebih panas 0,69 derajat Celsius ketimbang rata-rata suhu bumi abad ke-20. Bumi menghadapi pemanasan yang cepat karena emisi gas rumah kaca, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas, juga dari deforestasi dan industri pertanian. Dalam kurun waktu lebih dari seratus tahun, planet ini telah menghangat 0,8 derajat Celsius di mana di beberapa daerah seperti Kutub Utara mengalami pemanasan jauh lebih cepat.
“Bukti-bukti (tentang global warming) telah begitu kuat, saya tidak faham mengapa kita perlu berdebat lagi. ” kata Don Wuebbles, ilmuwan atmosfer dari University of Illinois.
Wuebbles juga mengatakan bahwa berdasarkan data, tahun 2014 mungkin adalah tahun terpanas dalam beberapa millenia terakhir.
“Bisa dikatakan, tahun 2014 mungkin tahun terpanas dalam 1.700 hingga 2.000 tahun terakhir, dan saya pikir itu mungkin bahkan dalam 5.000 tahun terakhir” katanya. “Kita memiliki tren suhu yang terus naik dalam abad terakhir. Artinya, kita memiliki sinyal yang jelas bahwa iklim dunia berubah, karena aktivitas manusia,” tambahnya.
Suhu global dari tahun 1880 sampai 2014. Tahun terdingin selama periode ini adalah 1911 dan terpanas 2014. Grafik: NOAA.
Ini cukup luar biasa, karena 2014 bukanlah tahun El Niño. Hampir semua pemegang rekor sebelumnya -termasuk 2005, 2010, atau 1998- adalah tahun El Niño menyerang. El Niño mengacu pada suhu hangat laut bertahan di Samudra Pasifik tengah, tren siklus yang mengarah ke pergeseran pola cuaca di seluruh dunia, termasuk suhu hangat secara keseluruhan. La Nina, kebalikan dari El Nino, adalah ketika air laut ini lebih dingin dari biasanya.
Ini tidak berarti bahwa di tahun 2014 semua tempat mengalami rekor terpanas. Di beberapa bagian di Amerika Serikat bagian timur, tahun lalu suhu lebih dingin dibanding rata-rata tahun sebelumnya. Terutama, karena fluktuasi ekstrim dalam aliran sistem cuaca, yang beberapa ilmuwan percaya semuanya terkait dengan pemanasan global. Tapi tahun lalu, Eropa mengalami tahun terpanas dalam 500 tahun terakhir, dan pemanasan juga terlihat di Afrika dan Asia, dan lapisan-lapiran es juga mencair di Rusia. California mengalami tahun terpanas dalam catatan sejarahnya, bahkan mengalami kekeringan yang tak pernah putus, sementara Alaska juga panas. Selain itu, banyak dari lautan menunjukkan suhu hangat intens sepanjang tahun meskipun tidak pernah cukup untuk menjadi gelombang El Niño.
“Ini adalah serangkaian tahun yang hangat, dalam rangkaian dekade yang hangat,” kata Gavin Schmidt, Direktur NASA Goddard Institute of Space Studies (GISS). “Sementara peringkat masing-masing tahun dapat dipengaruhi oleh pola cuaca yang tak menentu, namun bisa dilihat bahwa tren jangka panjang yang disebabkan pemicu perubahan iklim yang sekarang ini didominasi oleh emisi gas rumah kaca.”
Suhu global tahun 2014 dibandingkan dengan data awal 1981-2010. Merah berarti lebih hangat daripada rata-rata data awal, biru berarti dingin. Secara keseluruhan, 2014 adalah tahun terpanas dan mungkin tahun terpanas dalam 5.000 tahun terakhir. Foto: NOAA
Pemanasan global berdampak pada planet dalam berbagai cara, termasuk menghilangnya es laut Arktik, pencairan gletser, naiknya permukaan air laut, memburuknya kekeringan dan banjir, dan hilangnya beberapa spesies. Seiring planet yang makin menghangat, para ilmuwan memperingatkan kemungkinan akan tenggelamnya pulau-pulau kecil, migrasi manusia besar-besaran, kepunahan massal, dan peningkatan perang serta kekerasan. Sampai saat ini, para pemimpin politik tidak berbuat banyak untuk menghambat laju pertumbuhan konstan emisi gas rumah kaca. Namun, ada harapan besar adanya perjanjian iklim baru tahun depan di Paris setelah sebelumnya ada kesepakatan bersama antara Cina dan Amerika Serikat, dua negara emitter gas rumah kaca terbesar di dunia.
“Kami meyakini bahwa tingkat kepanasan akan terus mencetak rekor baru di tahun tahun mendatang, meski tidak di semua tempat atau di setiap tahun, tapi akan terus naik. Dan itu bukanlah pertanda baik untuk sebuah peradaban yang terus menambah gas rumah kaca ke atmosfer pada tingkat yang terus meningkat” kata Schmidt.
Grafik menunjukkan bagaimana tahun di mana ada El Nino dan La Nina memainkan peran dalam rekor dan fluktuasi suhu tahunan. Grafik: NASA.
Peta menunjukkan suhu dari 2000-2009 (dekade terpanas) dibandingkan dengan data awal 1951-1980. Foto: NASA
Perbedaan suhu dari 1880 hingga 2014. Grafik: NOAA.
Source (mongabay.co.id)
About Tridinamika
Related posts
Badai Debu di Bandara Spanyol, Kenali Kandungan ...
26/02/2020
Ini Dia..Cerita Dibalik Logo Earth Hour
06/03/2017
Selamat Hari Bumi 22 April 2013
04/02/2017
Ini Industri Untung dan Rugi Gara-gara Rupiah ...
09/09/2015