Pada 1991 ilmuwan menemukan sebuah jamur yang tumbuh di area pembangkit listrik Chernobyl yang meledak, alias terkena radiasi dari ledakan tersebut. Kini, setelah penelitian lebih lanjut, menurut alat ukur radiasi sinar matahari, ternyata jamur tersebut berpotensi berguna untuk para astronaut. Dalam penelitian yang di lakukan oleh Fakultas Kedokteran Albert Einstein (Universitas Saskatchewan), menunjukkan bahwa tiga jamur yang mengandung melanin; Cladosporium sphaerospermum, Wangiella dermatitidis, dan Cryptococcus neoformans, meningkat dalam biomassa dan mengakumulasi asetat lebih cepat dalam lingkungan di mana tingkat radiasi 500 kali lebih tinggi daripada di lingkungan normal.
Para peneliti mengemukakan bahwa jamur tersebut dari data alat ukur radiasi sinar matahari, tidak hanya kebal terhadap radiasi yang mematikan, namun juga, yang membuat para peneliti kagum dan tertarik adalah jamur ini hampir mirip seperti pada orang dengan warna kulit lebih gelap yang memiliki lebih banyak melanin, dapat menyerap cahaya dan menghilangkan radiasi ultraviolet di kulit, dari hasil riset menggunakan alat ukur radiasi sinar matahari. Pada jamur Raditrofik, terdapat pigmen yang dapat menyerap radiasi dan mengubahnya menjadi beberapa jenis energi kimia untuk pertumbuhan. Paparan sel C. neoformans ke tingkat radiasi ini dengan cepat (dalam 20-40 menit setelah paparan) mengubah sifat kimia melaninnya, dan meningkatkan laju transfer elektron yang dimediasi melanin (diukur sebagai pengurangan ferricyanide oleh NADH) tiga hingga empat kali lipat dibandingkan dengan sel yang tidak terpapar, secara melakukan pengukuran secara berkala dengan alat ukur radiasi sinar matahari. Padahal dulunya jamur ini dikenal berbahaya berbahaya untuk manusia, karena bisa menimbulkan infeksi yang dikenal sebagai cryptococcosis.
Cryptococcosis atau kriptokokosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans. Infeksi dapat menyebar ke manusia melalui kontak dengan kotoran hewan atau buah mentah yang tidak dicuci. Selain itu, infeksi ini juga dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Orang yang memiliki sistem imun lemah, seperti pengidap HIV, berisiko tinggi untuk tertular infeksi ini. Cryptococcosis adalah infeksi yang dapat muncul dalam berbagai bentuk tergantung pada bagaimana infeksi diperoleh. Dalam kebanyakan kasus, infeksi dimulai di paru-paru dan kemudian menyebar ke otak, saluran kemih, kulit, dan tulang.
Jamur yang dikenal dengan nama Cryuptococcus neoformans berguna untuk astronaut karena punya kandungan melanin tinggi, yang bisa berguna untuk melindungi astronaut di luar angkasa dari radiasi, yang sudah melakukan pengukuran secara berkala dengan alat ukur radiasi sinar matahari. Menurut data dari alat ukur radiasi sinar matahari, radiasi yang diterima oleh seorang astronaut, bisa disebut dengan radiasi kosmik. Radiasi kosmik terbentuk dari partikel-partikel kecil yang bergerak sangat cepat, hampir menyerupai kecepatan cahaya yang sulit untuk ditangani oleh tubuh manusia. Radiasi tersebut sebenarnya bergerak melintasi semua ruang, tetapi atmosfer Bumi melindungi kita dari dampak buruknya. Ini berarti semakin jauh Anda meninggalkan permukaan Bumi, maka semakin banyak radiasi kosmik yang diserap tubuh.
Berdasarkan data dari alat ukur radiasi sinar matahari, pesawat luar angkasa milik European Space Agency (ESA) yang telah mengelilingi Planet Merah sejak 2016. Salah satu instrumen yang dibawanya adalah hukseflux. Hukseflux, adalah sensor yang dirancang dan diproduksi untuk memainkan peran penting dalam berbagai aplikasi. Contohnya adalah penilaian efisiensi dari radiasi pantulan sinar matahari. Sementara jamur Cryuptococcus memiliki peranan penting dalam meminimalisir radiasi dari pantulan sinar matahari, karena jamur Cryuptococcus mengandung unsur melanin yang sangat tinggi. Satu dekade kemudian, para peneliti menguji beberapa jamur dan mendapati bahwa ia memiliki sejumlah besar pigmen melanin – yang juga ditemukan di kulit manusia, setelah melakukan beberapa riset dengan menggunakan alat ukur radiasi sinar matahari. Orang dengan warna kulit yang lebih gelap cenderung memiliki lebih banyak melanin, yang dikenal menyerap cahaya dan menghilangkan radiasi ultraviolet di kulit. Dalam jamur, pigmen itu dilaporkan menyerap radiasi dan mengubahnya menjadi beberapa jenis energi kimia untuk pertumbuhan.
Melanin ini bisa menyerap radiasi dan mengubahnya menjadi energi kimia, yang lebih dikenal sebagai proses radiosintetis. Jamur itu menunjukkan bahwa mungkin ada tempat di kosmos – yang kita tidak sadari – di mana organisme dapat hidup di lingkungan yang dipenuhi radiasi. Dari sinilah para ilmuwan mempunyai ide untuk mencari cara mengekstrak melanin dari jamur tersebut, yang nantinya bakal dipakai sebagai pelindung semacam tabir surya untuk para astronaut saat mereka berada di luar angkasa, dan berfungsi untuk melindungi mereka dari tabir surya.
Jamur dari Radiasi Chernobyl Bisa Berguna untuk Astronaut
Pada 1991 ilmuwan menemukan sebuah jamur yang tumbuh di area pembangkit listrik Chernobyl yang meledak, alias terkena radiasi dari ledakan tersebut. Kini, setelah penelitian lebih lanjut, menurut alat ukur radiasi sinar matahari, ternyata jamur tersebut berpotensi berguna untuk para astronaut. Dalam penelitian yang di lakukan oleh Fakultas Kedokteran Albert Einstein (Universitas Saskatchewan), menunjukkan bahwa tiga jamur yang mengandung melanin; Cladosporium sphaerospermum, Wangiella dermatitidis, dan Cryptococcus neoformans, meningkat dalam biomassa dan mengakumulasi asetat lebih cepat dalam lingkungan di mana tingkat radiasi 500 kali lebih tinggi daripada di lingkungan normal.
Para peneliti mengemukakan bahwa jamur tersebut dari data alat ukur radiasi sinar matahari, tidak hanya kebal terhadap radiasi yang mematikan, namun juga, yang membuat para peneliti kagum dan tertarik adalah jamur ini hampir mirip seperti pada orang dengan warna kulit lebih gelap yang memiliki lebih banyak melanin, dapat menyerap cahaya dan menghilangkan radiasi ultraviolet di kulit, dari hasil riset menggunakan alat ukur radiasi sinar matahari. Pada jamur Raditrofik, terdapat pigmen yang dapat menyerap radiasi dan mengubahnya menjadi beberapa jenis energi kimia untuk pertumbuhan. Paparan sel C. neoformans ke tingkat radiasi ini dengan cepat (dalam 20-40 menit setelah paparan) mengubah sifat kimia melaninnya, dan meningkatkan laju transfer elektron yang dimediasi melanin (diukur sebagai pengurangan ferricyanide oleh NADH) tiga hingga empat kali lipat dibandingkan dengan sel yang tidak terpapar, secara melakukan pengukuran secara berkala dengan alat ukur radiasi sinar matahari. Padahal dulunya jamur ini dikenal berbahaya berbahaya untuk manusia, karena bisa menimbulkan infeksi yang dikenal sebagai cryptococcosis.
Cryptococcosis atau kriptokokosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans. Infeksi dapat menyebar ke manusia melalui kontak dengan kotoran hewan atau buah mentah yang tidak dicuci. Selain itu, infeksi ini juga dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Orang yang memiliki sistem imun lemah, seperti pengidap HIV, berisiko tinggi untuk tertular infeksi ini. Cryptococcosis adalah infeksi yang dapat muncul dalam berbagai bentuk tergantung pada bagaimana infeksi diperoleh. Dalam kebanyakan kasus, infeksi dimulai di paru-paru dan kemudian menyebar ke otak, saluran kemih, kulit, dan tulang.
Jamur yang dikenal dengan nama Cryuptococcus neoformans berguna untuk astronaut karena punya kandungan melanin tinggi, yang bisa berguna untuk melindungi astronaut di luar angkasa dari radiasi, yang sudah melakukan pengukuran secara berkala dengan alat ukur radiasi sinar matahari. Menurut data dari alat ukur radiasi sinar matahari, radiasi yang diterima oleh seorang astronaut, bisa disebut dengan radiasi kosmik. Radiasi kosmik terbentuk dari partikel-partikel kecil yang bergerak sangat cepat, hampir menyerupai kecepatan cahaya yang sulit untuk ditangani oleh tubuh manusia. Radiasi tersebut sebenarnya bergerak melintasi semua ruang, tetapi atmosfer Bumi melindungi kita dari dampak buruknya. Ini berarti semakin jauh Anda meninggalkan permukaan Bumi, maka semakin banyak radiasi kosmik yang diserap tubuh.
Berdasarkan data dari alat ukur radiasi sinar matahari, pesawat luar angkasa milik European Space Agency (ESA) yang telah mengelilingi Planet Merah sejak 2016. Salah satu instrumen yang dibawanya adalah hukseflux. Hukseflux, adalah sensor yang dirancang dan diproduksi untuk memainkan peran penting dalam berbagai aplikasi. Contohnya adalah penilaian efisiensi dari radiasi pantulan sinar matahari. Sementara jamur Cryuptococcus memiliki peranan penting dalam meminimalisir radiasi dari pantulan sinar matahari, karena jamur Cryuptococcus mengandung unsur melanin yang sangat tinggi. Satu dekade kemudian, para peneliti menguji beberapa jamur dan mendapati bahwa ia memiliki sejumlah besar pigmen melanin – yang juga ditemukan di kulit manusia, setelah melakukan beberapa riset dengan menggunakan alat ukur radiasi sinar matahari. Orang dengan warna kulit yang lebih gelap cenderung memiliki lebih banyak melanin, yang dikenal menyerap cahaya dan menghilangkan radiasi ultraviolet di kulit. Dalam jamur, pigmen itu dilaporkan menyerap radiasi dan mengubahnya menjadi beberapa jenis energi kimia untuk pertumbuhan.
Melanin ini bisa menyerap radiasi dan mengubahnya menjadi energi kimia, yang lebih dikenal sebagai proses radiosintetis. Jamur itu menunjukkan bahwa mungkin ada tempat di kosmos – yang kita tidak sadari – di mana organisme dapat hidup di lingkungan yang dipenuhi radiasi. Dari sinilah para ilmuwan mempunyai ide untuk mencari cara mengekstrak melanin dari jamur tersebut, yang nantinya bakal dipakai sebagai pelindung semacam tabir surya untuk para astronaut saat mereka berada di luar angkasa, dan berfungsi untuk melindungi mereka dari tabir surya.
About Tridinamika
Related posts
Gas Detector Analyzer Alat Ukur Kadar Gas ...
15/10/2021
Dimana Beli Particle Counter KANOMAX?
10/09/2021
Mengenal Fungsi Air Quality Monitor
25/07/2021
Tubuh Menjadi Panas Ketika Sakit, Berdasarkan Thermal ...
06/03/2020